Belakangan ini, bocornya informasi ke publik sudah kerap terjadi di era digital yang serba cepat. Jangankan informasi yang disampaikan di sebuah acara yang diliput oleh media massa. Percakapan dua orang lewat telepon atau WhatsApp pun bisa menyebar luas ke banyak orang lewat media sosial.
Saya sendiri masih menunggu tanggapan Elshinta terkait hal ini, apakah memang kejadian seperti itu. Boleh jadi, waktu berita itu dirilis, Kapuspen belum mengeluarkan ketentuan off the recordke awak media, atau larangan tersebut tidak sampai ke reporter Elshinta di lokasi acara. Namanya juga radio, semua informasi yang dianggap penting perlu segera disiarkan pada saat itu juga.
Sontak, kata kunci '5000 senjata ilegal' langsung menderas di pemberitaan media pers tanah air. Dan jadi polemik di kalangan masyarakat yang silih-berganti mengomentari sambil menyebarkan informasi ini lewat media sosial dan media percakapan digital.
Semua mata pun tertuju pada sambutan sang jenderal di acara Silaturahim Panglima TNI dengan Purnawirawan TNI yang digelar di Mabes TNI Cilangkap, Jumat (22/9) lalu.
Kicauan Heboh TNI AU
Sementara itu, masih di media Twitter, akun TNI Angkatan Udara (AU) menayangkan kicauan yang dalam waktu singkat menuai kontroversi di masyarakat.
"5 ribu pucuk itu banyak lho, gimana cara ''ngumpetinnya''? Dan apakah penyataan Panglima ini memang benar? Krn dari @Puspen_TNI blm ada ket," tulis admin @_TNIAU. Kicauan itu sudah dihapus, tapi jepretan-layarnya terlanjur menyebar ke mana-mana. Juga terlanjur menimbulkan reaksi negatif di mana-mana.
Baik dr @RadioElshinta atau @Puspen_TNI hrs lbh koordinasi. Kalau utk mimin @_TNIAU yg penting komenin piyungan pic.twitter.com/TdrtzEOycz--- Partono Ahmet Djemat (@Partono_ADjem) 23 September 2017
Siapapun yang membaca kicauan tadi akan mengartikan bahwa TNI AU mempertanyakan isi pernyataan Panglima TNI---meskipun maksudnya bukan begitu. Apalagi kicauan diawali dengan pernyataan sekaligus pertanyaan "5 ribu pucuk itu banyak lho, gimana cara ngumpetinnya?"
Kalau ingin mempertanyakan apakah yang ngomong itu benar-benar Panglima TNI, kalimat yang mudah dimengerti adalah: "Apakah pernyataan ini memang benar dari Panglima?", bukan "Apakah pernyataan Panglima ini benar?"