Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jangan Baper, Puasa itu Hanya untuk Orang-orang Beriman

8 Juni 2016   13:00 Diperbarui: 8 Juni 2016   17:30 1866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah rumah makan tertua di Sumatera Barat yang berlokasi di kota Padang. Menu andalannya: ayam kampung goreng. (@iskandarjet)

Jujur, selama ini saya tidak pernah bermasalah bertemu dengan orang yang makan saat saya berpuasa. Pun saya tidak pernah mempermasalahkan orang itu atau membahas apa yang dia lakukan. Apalagi melototin mulut dan piringnya. Tidak pernah.

Bagi saya, siapapun boleh makan kapan saja di mana saja, termasuk di hadapan orang yang sedang puasa. Termasuk saat Ramadhan tiba.

Pasalnya, makan itu kebutuhan utama makhluk hidup, Sob! Dan siapapun tidak bisa mengatur bagaimana orang lain memenuhi kebutuhan hidupnya, sepanjang tidak melanggar hukum. Dan setahu saya, tidak ada hukum yang mengatur cara makan di hadapan orang puasa, lantaran orang yang sedang puasa itu sendiri tidak terlihat tandanya.

Tapi makan di depan umum saat orang lain berpuasa kan mengganggu banget, Mas. Gak ada hormatnya sama sekali ama yang sedang berpuasa!

Baik. Sekarang kita pahami dulu motivasi orang makan tadi. Apakah dia makan untuk memenuhi kebutuhan perutnya atau untuk mengganggu orang lain. Sulit dipahami kalau ada orang yang niat makannya untuk menggoda apalagi menggangggu orang berpuasa. Andai pun ada, besar kemungkinan dia sedang bercanda dengan temannya.

Nah, kalau si shoim (orang yang berpuasa) merasa tergoda atau terganggu, berarti orang itu perlu waktu lebih untuk latihan menahan diri: menahan perut dari lapar, menahan mata dari makanan, menahan hati dari amarah, dan menahan dorongan nafsu dari segala hal yang mengusik rasa laparnya.

Mereka yang berpuasa idealnya dapat bertahan dari lapar beserta segala bentuk godaan dan gangguannya, termasuk yang datang dari rumah makan dan warung sebelah. Bukan menyerang godaan itu apalagi memaksa semua godaan ditutup atau dibatasi cara operasinya. Bukan juga menatapi orang yang sedang makan di siang Ramadhan—dengan tatapan penghakiman dan kebencian.

Bicara soal sopan-santun, itu hanya berlaku buat orang yang hari itu kebetulan sedang tidak bisa puasa. Entah karena sedang datang bulan, sedang sakit atau karena alasan syar’i lainnya. Ukuran sopannya pun sangat terikat pada aturan yang berlaku di tempat dia berada. Orang yang sedang tidak puasa dianjurkan untuk makan di tempat tertutup, sebagai bentuk penghormatan untuk temannya yang sedang berpuasa.

Tapi bukan berarti anak-anak yang sedang makan siang juga harus ngumpet di kolong meja. Bukan juga berarti mereka yang sedang beredar di pusat perbelanjaan harus menahan lapar hanya karena tidak ada tempat tertutup untuk makan.

Trus mas mau bertanggungjawab kalau banyak orang gak berpuasa dengan dibukanya secara terbuka rumah makan selama Ramadhan??

Kok saya yang bertanggungjawab. Puasa itu kewajiban setiap orang Islam. Dan kewajiban itu pun hanya ditujukan untuk mereka yang beriman (QS al Baqarah: 183). Untuk mereka yang benar-benar percaya dan tunduk kepada Allah SWT. Gak semua muslim itu mukmin, tapi setiap mukmin adalah muslim. 

Puasa itu wajib. Kewajibannya berlaku mutlak, tidak bisa ditawar-tawar. Kalau berhalangan hari ini, wajib menggantinya di luar Ramadhan. Kalau tidak bisa menggantinya dengan puasa, wajib menggantinya dengan memberi makan orang miskin. Jika bukan karena kekuatan iman, bagaimana mungkin kita bisa tunduk dan patuh terhadap kewajiban puasa sebulan penuh yang memberatkan jasmani dan rohani?

Kalau ada yang tidak puasa karena tidak mau puasa, ya biarin aja. Kalau ada yang tidak puasa karena tidak bisa puasa, ya maklumin aja. Kalau ada yang mengaku puasa padahal tetap makan dan merokok di siang hari, ya cuekin aja. Toh itu kewajiban dia dengan Tuhannya. Kita tidak bisa memaksa muslim lain untuk berpuasa karena puasa itu untuk Allah SWT semata. 

Dan hanya dia dan Dia yang tahu apakah dia sedang berpuasa atau mengapa dia tidak puasa.

Bukanya rumah makan bukanlah alasan seseorang untuk tidak berpuasa. Pun banyaknya orang yang makan secara terbuka bukan alasan seseorang untuk membatalkan puasanya.

Akhirul kalam, kita perlu memahami kembali buat apa kita puasa. Dan mengapa Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya bahwa puasa itu untuk-Nya, dan Dia sendiri yang memberi pahala untuk setiap puasa hamba-Nya.

#ayopuasa

Baca juga:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun