Jujur, selama ini saya tidak pernah bermasalah bertemu dengan orang yang makan saat saya berpuasa. Pun saya tidak pernah mempermasalahkan orang itu atau membahas apa yang dia lakukan. Apalagi melototin mulut dan piringnya. Tidak pernah.
Bagi saya, siapapun boleh makan kapan saja di mana saja, termasuk di hadapan orang yang sedang puasa. Termasuk saat Ramadhan tiba.
Pasalnya, makan itu kebutuhan utama makhluk hidup, Sob! Dan siapapun tidak bisa mengatur bagaimana orang lain memenuhi kebutuhan hidupnya, sepanjang tidak melanggar hukum. Dan setahu saya, tidak ada hukum yang mengatur cara makan di hadapan orang puasa, lantaran orang yang sedang puasa itu sendiri tidak terlihat tandanya.
Tapi makan di depan umum saat orang lain berpuasa kan mengganggu banget, Mas. Gak ada hormatnya sama sekali ama yang sedang berpuasa!
Baik. Sekarang kita pahami dulu motivasi orang makan tadi. Apakah dia makan untuk memenuhi kebutuhan perutnya atau untuk mengganggu orang lain. Sulit dipahami kalau ada orang yang niat makannya untuk menggoda apalagi menggangggu orang berpuasa. Andai pun ada, besar kemungkinan dia sedang bercanda dengan temannya.
Nah, kalau si shoim (orang yang berpuasa) merasa tergoda atau terganggu, berarti orang itu perlu waktu lebih untuk latihan menahan diri: menahan perut dari lapar, menahan mata dari makanan, menahan hati dari amarah, dan menahan dorongan nafsu dari segala hal yang mengusik rasa laparnya.
Mereka yang berpuasa idealnya dapat bertahan dari lapar beserta segala bentuk godaan dan gangguannya, termasuk yang datang dari rumah makan dan warung sebelah. Bukan menyerang godaan itu apalagi memaksa semua godaan ditutup atau dibatasi cara operasinya. Bukan juga menatapi orang yang sedang makan di siang Ramadhan—dengan tatapan penghakiman dan kebencian.
Bicara soal sopan-santun, itu hanya berlaku buat orang yang hari itu kebetulan sedang tidak bisa puasa. Entah karena sedang datang bulan, sedang sakit atau karena alasan syar’i lainnya. Ukuran sopannya pun sangat terikat pada aturan yang berlaku di tempat dia berada. Orang yang sedang tidak puasa dianjurkan untuk makan di tempat tertutup, sebagai bentuk penghormatan untuk temannya yang sedang berpuasa.
Tapi bukan berarti anak-anak yang sedang makan siang juga harus ngumpet di kolong meja. Bukan juga berarti mereka yang sedang beredar di pusat perbelanjaan harus menahan lapar hanya karena tidak ada tempat tertutup untuk makan.
Trus mas mau bertanggungjawab kalau banyak orang gak berpuasa dengan dibukanya secara terbuka rumah makan selama Ramadhan??
Kok saya yang bertanggungjawab. Puasa itu kewajiban setiap orang Islam. Dan kewajiban itu pun hanya ditujukan untuk mereka yang beriman (QS al Baqarah: 183). Untuk mereka yang benar-benar percaya dan tunduk kepada Allah SWT. Gak semua muslim itu mukmin, tapi setiap mukmin adalah muslim.Â