"Aku menjawab pesan tersebut, iya Bu Hj, ini Ayu. Bu Hj dapat nomor Ayu dari siapa," katanya.
Itulah kesalahan fatal, ternyata itu memang Bu Hajjah. Beliau menyebut nama teman sekamarku di pesantren.Â
"Sampai sekarang aku merasa berdosa. Kenapa gak aku telepon, kenapa WA. Aku takut sekali dia tersinggung. Dia yang mengajarkan ilmu agama, menulis, membuat puisi, hingga aku seperti ini," tangis Ayu.
Waktu kamu bertanya seperti itu, kata Tati, apa jawaban lengkap Bu Hj Marinah.Â
"Dari Maria. Alhamdulillah Ibu bisa silaturahim lagi sama Ayu. Ya sudah...sehat selalu dan semoga rizki mengalir terus. Kalau ada waktu main ya. Ibu kangen," ujar Ayu.Â
Lantas apa yang menjadi masalah, kata Jalewati. Toh, Bu Hajjah tidak marah.Â
"Kamu gak ngerti. Aku kurang sopan, gak tau diri. Itu ibuku. Orang yang memberiku ilmu pengetahuan. Orang yang memberiku jalan hingga seperti ini. Aku ini jadi pendosa besar kalau sampai beliau itu tersinggung," tegasnya.Â
Belas kasih dan pengetahuannya yang luas, kata Ayu, mengantarkan kami santri wati memiliki mental menghadapi masa depan.
"Sekarang beliau terluka. Aku yakin hati lembut beliau tertusuk isi pesan ku," ujar Ayu.
Tenang, kata Tati, solusinya sudah ada dan sudah ditawarkan Bu Hajjah, tinggal kami laksanakan.Â
"Apa," sergah Ayu.