Dia menambahkan, apa yang dilakukan Harbudhi dan Amri sudah sangat keterlaluan. Menggunakan kekerasan hanya karena diajak menuju jalan Allah.Â
"Kalau kalian tidak mau patuh terhadap aturan dan ingin tidur-tiduran saja, jangan di sini. Di pondok ini tempat santri belajar ajaran Islam," tuturnya.
Kata Ustadz Muflih, memaki-maki pemimpin dengan sebutan PKI perbuatan tercela. Justru, ia dan Lurah Mamun akan dimintai pertanggungjawaban Allah SWT di hari akhir nanti.Â
"Mempertanggungjawabkan ilmu kami, tempat ini, ajaran yang kami berikan ke Santri, etika berislam. Menyebut orang lain PKI, sementara yang disebut tidak bisa menjalankan sholat subuh berjamaah, sama saja dengan PKI," katanya.Â
Bila kelak Amri dan Harbudhi menjadi pemimpin, kata Ustadz Muflih, maka akan dengan mudah mengatakan seseorang itu PKI.Â
"Sedangkan mereka berdua jarang sholat dan mencintai materialistis, menumpuk harta," katanya.Â
Ustadz Muflih meminta peristiwa kelam ini dijadikan pelajaran sangat berharga. Tidak boleh lagi orang ataupun calon pemimpin menghina, mem-PKI kan orang lain, mengkafir-kafirkan orang lain, menganggap diri mereka paling benar, menjadikan sesama ciptaan Allah SWT lebih hina dari kelompok mereka.
"Satri di pondok ini tidak boleh. Amri dan Harbudhi, ini peringatan terakhir bagi kalian. Jika masih terlontar bahasa seperti itu kalian akan dikeluarkan," katanya.
Ustadz Muflih mengingatkan agar podok ini tidak boleh tersentuh politik aliran. Kalian yang sudah memiliki hak pilih dapat menjalankan siasat politiknya saat di TPS. Dukung pemimpin yang bekerja sepenuh hati.
"Tak boleh ada politik aliran. Pilih pemimpin yang memang di sisinya terdapat seorang ulama yang baik dan selalu mengingatkan presiden untuk selalu memperhatikan warga negara," katanya.Â
Ia menambahkan, bukan pemimpin yang belum teruji. Bukan pemimpin yang meninggalkan tempat mulia sebagai wakil gubernur kemudian nafsunya menginginkan jabatan lain.Â