Menyaksikan tingkah laku sekretarisnya itu membuat Ema kembali mengingat kejadian siang tadi. Dia kembali lesu dan kehabisan kata.
"Non, Â ayo kita pulang. Rapihkan semuanya sekarang, " tutur Ema pelan. Â
Ema langsung berjalan keluar dari ruangannya. Â Ia melangkah pelan. Sementara Noni segera mematikan komputer, berlari keruang Ema mengambil tas, telepon genggam dan buku agenda.
Dia tidak lupa menghubungi supir untuk segera berada di depan pintu masuk. Â Noni kembali berlari, Â mengikuti langkah Ema. Â
"Non, Â sini tas dan perlengkapanku. Kamu gak usah ke rumah. Â Pulang aja langsung, " katanya.
Noni mengangguk senang. Â Karena biasanya ia harus menemani bosnya itu sampai pukul 24.00 WIB. Â Melihat sinar kebahagiaan terpancar dari wajah Noni, Â Ema pun tersenyum. Â
"Pulang lah Non. Jangan naik bus umum, Â naik taksi saja," sambung Ema sambil mengambil dompet dan memberikan uang kertas seratus ribu sebanyak tiga lembar. Â
*************
Lima hari Ema tak masuk kerja. Tak ada kabar maupun gosip terbaru tentang dirinya. Â Baik dari para pembantunya di rumah maupun Noni sekretaris kepercayaannya. Â
Ema hanya menitipkan pesan melalui asisten rumah tangganya kepada Noni. Ia meminta Noni menjalankan perusahaan selama kepergiannya. Â
Tak lagi terpancar ketegangan dari wajah-wajah karyawan. Mereka tetap disiplin dalam bekerja sekalipun tidak dimaki-maki. Pekerjaan mereka bahkan lebih produktif dari biasanya. Â