Hukum Newton yang tajir di masa lalu menjadi tidak tepat di era fisika modern. Terapannya menjadi klasik dan terbatas. Muncul hukum/asas/postulat yang lebih baru yang menyempurna dalam keterbatasan.
Beberapa teori dalam sains pada dasarnya dapat dijadikan pondasi sekaligus prediksi untuk fenomena sosial dan masyarakat. Prediksi cuaca di bidang meteorologi dan klimatologi, Formulasi epidemi secara matematis sangat membantu pengambilan kebijakan manusia dalam kehidupan tetapi tidak serta merta manjadi solusi tajir yang pasti.Â
Gempa bumi, bencana alam banjir / tsunami tetap menimbulkan korban jiwa. Pandemi yang dipediksi bisa diselesaikan dalam rentang masa toh menjadi stokastik. Tetapi yang harus difahami unsur kepastian dan ketidakpastian dalam sains dalam memahami dan mencari solusi di realita kehidupan secara bertahap membelajarkan manusia dan  mempermudah proses kehidupan manusia.
Pemahaman yang tepat dari sains akan memperkaya manusia dalam pencarian kehidupan itu sendiri. Sebagaimana kalimat populer yang disebutkan oleh Ren Descartes, aku berfikir maka aku ada (cogito ergo sum).
Dalam proses mencari makna dari kehidupan dan bagaimana menjalaninya adalah proses yang penting. Dan tidak dapat dipungkiri peran dari keseluruhan ilmu pengetahuan ataupun sosial dapat membentuk bukan hanya untuk personal namun untuk masa depan umat manusia itu sendiri.
Tidak ada yang pasti dalam kehidupan ini. Tidak ada rumus pasti untuk mengetahui kehidupan ini sendiri. Dibutuhkan eksperimen Einsten hingga Hawking untuk menemukan grativasi kuantum. Tidak selalu ada rumus pasti bagi suatu pertanyaan dan yang dapat manusia lakukan adalah proses untuk terus mencari. Manusia harus terus belajar dan berikhtiar menjadi manusia yang lebih baik dalam hidupnya. Semakin memahami fitrahnya dan tidak tercerabut dari kemanusiaan.
Isaac Asimov berujar, "The saddest aspect of life right now is that gathers knowledge faster than society gathers wisdom. "Â
Aspek paling menyedihkan dari kehidupan saat ini adalah mengumpulkan pengetahuan lebih cepat daripada masyarakat mengumpulkan kebijaksanaan.
Perselisihan, pertengkaran bahkan peperangan adalah ekses dari kurangnya instrokpektif atas kemanusiaan. Egoisitas dan kepentingan terbatas menjadi prioritas atas nama kemanusiaan.Â
Pertengkaran sesama warga tentang vaksinasi covid, hingga saling bermusuhan dan membatalkan persaudaraan sesama adalah sebuah ironi terhadap pemahaman ilmu kehidupan dan pemahaman tujuan kehidupan itu sendiri.Â
Penguasaan teknologi senjata yang memaksa manusia saling berbunuh memperebutkan kekayaan isi bumi dan penguasaan permukaan bumi sebagai bentuk ketidakbijaksanaan dalam memahami kemanusiaan dan persaudaraan. Tetapi kebijaksanaan memang harus selalu dicari dan dibelajarkan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!