Pak Ujang berlenggang tanpa banyak dihisab sebagaimana yang lain yang selama di dunia berkonflik dengan sesama, menelantarkan didikan keluarga, masih berat terikat harta, banyak bicara tanpa makna, sering memutus silaturahmi, mudah menyalahkan pihak lain untuk mengedepankan kepentingan diri. Astaghfirullah...
Ternyata merdeka yang pak Alba dan para sahabat bayangkan, begitu absurd dan dangkal. Hanyalah ego dan kesombongan yang terekspresi dari logika, akal, emosi diri sendiri yang tidak membumi apalagi berbau akhirat.
Dan di sudut hati kecil pak Alba memaklumi ketika sebagian besar umat memilih sholat dirumah, mentaati aturan pemerintah itu juga pilihan dan pilihan adalah kemerdekaan. Lebih dalam, di ranah yang tidak terjangkau logika akal, bisa jadi yang dirumah sholat lebih khusyuk dan kidmat. Kita tidak tahu. Â Itu sudah urusan kemesraan yang istimewa Allah dengan makhlukNya.Â
Paling tidak sebuah pilihan telah dijatuhkan dengan sepenuh hati. Bukan keterpaksaan atau antipati. Dan Allah tahu benak setiap makhluknya.Â
Akhirnya, biarlah manusia bebas merdeka menilai dengan persepsi akal logikanya, apapun dihadapannya. Jangan menuntut semua faham dan berfikiran yang sama. Yang penting, semua memiliki kesadaran bahwa manusia itu tidak lebih mulia dari lainnya saat dirinya merasa lebih baik dan lebih tinggi derajatnya.Â
Pak Alba bilang, "Tetaplah jadi diri yang sadar penuh hadir utuh". Nah itu yang sulit, karena manusia lekat dengan perubahan.Â
alifis@corner
170821
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H