Mohon tunggu...
Alifis@corner
Alifis@corner Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Serius :)

Sebagaimana adanya, Mengalir Seperti Air | Blog : alifis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kisah Dosen: Antara Tensi dan Vaksinasi

12 Maret 2021   20:25 Diperbarui: 14 Maret 2021   07:39 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
catatan 'tensi' sebelum vaksinasi (dokpri)

Setelah dapat panggilan di desk entri data, berlanjut antri di desk screening. Tidak lama, 3 menit mungkin lalu saya dipanggil di kursi yang sudah kosong. Ada 4 lembar isian yang langsung ditanyakan Ibu Dokter ke saya. Diantaranya : 

Pernah kontak dengan penderita Covid? Punya penyakit lain? Jantung, paru-paru, ginjal, asma? Punya alergi setelah suntik medis? Pernah divaksinasi lain-lain? dan seterusnya. 

Insya Allah saya sehat, berikutnya saya diminta mengisi dan tanda tangan formulir persetujuan tindakan vaksinasi dengan header surat dari Kemenkes RI, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang. Lembaga inilah yang berwewenang dalam pendistribusian vaksin ke masyarakat NTT. 

Akhirnya Di Vaksinasi

Antri mengintip ruang vaksinasi (dokpri)
Antri mengintip ruang vaksinasi (dokpri)

Setelah bu Dokter tandatangan, 2 bundel isian saya bawa untuk masuk ke antrian di depan Ruang Vaksinasi. DIsitu saya melihat bergantian rekan-rekan  masuk lalu keluar ruang tersebut. Tidak lama, saya pun masuk. Ada 3 petugas disana, yang satu merekam berkas yang saya serahkan, yang dua yang mengeksekusi vaksin dengan menyuntikkan lengan kiri atas.

" Naikkan lengan baju yang tinggi ya pak". 

Saya lakukan permintaan itu. Saya hanya teringat video Jokowi, Raffi Ahmad saat vaksinasi. Yang jarum suntiknya sepertinya panjang dan ditusukkan dalam-dalam. Yah, saya pasarah dan siap-siap saja.

"Rileks saja ya pak, ototnya jangan ditegangkan"

Saya rasakan kulit saya diusap-usap tisu basah. Sama sekali saya tidak melihat jarum tersebut. Memang saya coba alihkan perhatian untuk memandang lekuk meja di depan, sambil dalam hati memaknai kata Allah Maha Besar.

"Sudah pak. Sudah selesai"

"Sudah ya?", saya tidak percaya. Memang saya lihat petugasnya sudah menjauh. Kok, tidak terasa? Kok tidak seperti bayangan saya, ditusukkan dalam-dalam hingga ke otot. Alhamdulillah selesai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun