Selaras dengan ADB dan Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) sebelumnya telah memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh stagnan di kisaran 5,1 persen.
Dalam laporan terbarunya yang dipublikasikan pada Oktober 2024, IMF bahkan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI akan stagnan di level tersebut sampai tahun 2029.
Jadi, IMF belum melihat indikasi yang kuat akan tercapainya pertumbuhan ekonomi Indonesia 8 persen pada 2027 atau 2028.
Terkait dengan inflasi, ADB memprediksi inflasi di Indonesia tetap berada dalam kisaran target pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yakni 1,5 persen hingga 3,5 persen year-on-year (yoy).
Meskipun inflasi relatif terkendali, nilai tukar rupiah khususnya terhadap dollar AS, mungkin saja akan melemah, terkait dengan efek Donald Trump yang akan menaikkan pajak impor, padahal AS menjadi salah satu tujuan ekspor utama RI.
Namun demikian, pebisnis sekaligus politikus Hashim Djojohadikusumo menyatakan keyakinannya, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melampaui 8 persen, angka yang menjadi target Presiden Prabowo Subianto.
Hashim, yang sekarang menjadi Utusan Khusus Presiden untuk Iklim dan Energi, mengatakan hal ini dapat dicapai dengan elektrifikasi.
“Delapan persen itu tujuan Pak Prabowo minimal. Sedikit-dikitnya, sekecil-kecilnya itu 8 persen. Target kita melebihi 8 persen. Saya pribadi sudah lihat kita berkesempatan untuk mendapat 9–9,5 persen,” kata Hashim di acara Penghargaan Nusantara TV: CEO Awards 2024 (4/12/2024).
Apakah optimisme Hashim terlalu berlebihan, karena berbeda jauh dengan kajian IMF? Berlebihan atau tidak, akan terlihat dari pencapaian tahun 2025.
Jika ekonomi tahun depan tumbuh biasa-biasa saja, ambisi pemerintah meraih pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 3 atau 4 tahun mendatang, sulit dicapai.
Jadi, fondasi untuk pertumbuhan ekonomi tinggi sudah harus terlihat pada 2025. Kemudahan dan efisiensi dalam investasi menjadi salah satu pilar utama yang harus berdiri kokoh.
Pemerintah, seperti yang dikatakan Airlangga Hartarto, akan memperbaiki tingkat efisiensi investasi yang tecermin lewat angka Incremental Capital Output Ratio (ICOR).