Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Meneropong Ekonomi Indonesia 2025, akan Lebih Baik?

17 Desember 2024   06:29 Diperbarui: 17 Desember 2024   06:42 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2024 ini yang akan segera berakhir alias tutup buku, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut prediksi Bank Dunia sebesar 5 persen. Artinya, 2024 dan 2025 ibarat sebelas-duabelas (mirip kondisinya).

Asian Development Bank (ADB) juga memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh stagnan di level 5 persen di tahun 2024 dan 2025. 

Dapat dikatakan bahwa perekonomian Indonesia di tahun 2025 tidak lebih baik dari tahun ini, walaupun juga mungkin tidak lebih buruk.

Bagaimanapun juga pertumbuhan tersebut tetap perlu disyukuri, karena berada di level moderat. Ya, tidak jelek dan juga tidak luar biasa.

Adalah konsumsi swasta yang masih kuat, belanja infrastruktur publik, dan investasi yang secara bertahap membaik, yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi kita. 

Stagnan perekonomian Indonesia terjadi karena dampak faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berupa tekanan global yang semakin besar.

Kondisi internasional karena konflik Timur Tengah dan perang Rusia Ukraina yang belum berakhir, tentu berpengaruh pada arus perdagangan dunia.

Faktor internal (dalam negeri) terkait dengan stabilitas makroekonomi dan sektor keuangan yang menjadi fondasi utama untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Namun, perlu pula mencermati faktor internal yang terjadi karena terjadinya pelemahan daya beli kelas menengah di dalam negeri.

Pelemahan daya beli kelas menengah tersebut antara lain karena kenaikan harga barang, termasuk kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Di lain pihak, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal di beberapa perusahaan berskala menengah ke atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun