Setelah itu kita sudah bisa menyesuaikan diri lagi. Namun, bagi yang belum berhasil menyesuaikan diri selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, ini sudah terganggu mentalnya.
Banyak pekerja yang sebetulnya mulai terkena tekanan mental, namun bertahan terus karena menimbang betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan.
Padahal, dengan bertahan terus dalam kondisi punya masalah kesehatan mental, bisa memperburuk keadaan. Makanya, mau tak mau perlu diambil tindakan.
Apa tindakan yang akan diambil, akan dipaparkan di bagian akhir artikel ini. Ada baiknya kita mulai pembahasan dari faktor penyebab stres.
Stres di tempat kerja didasari oleh berbagai faktor, seperti beban pekerjaan yang tidak ada habisnya, dan lingkungan kerja yang kurang nyaman.Â
WHO mengklasifikasikan stres di tempat kerja (burnout) sebagai sindrom. Dalam International Classification of Diseases, burnout merupakan suatu sindrom yang dikonseptualisasi sebagai hasil dari stres kronis di tempat kerja yang tidak dikelola dengan baik.
Penyebab burnout biasanya karena jumlah sumber daya yang tidak sesuai untuk menyelesaikan pekerjaan, atau ketidakmampuan untuk mengatur aspek pekerjaan (beban kerja, pembagian tugas, dan jadwal), sehingga menyebabkan kelelahan.
Penyebab berikutnya, bisa karena seorang pekerja merasa terintimidasi dan di-bully oleh rekan kerjanya, temasuk terkena tindak kekerasan dan pelecehan seksual.
Kemudian, faktor keselamatan kerja yang tidak terfasilitasi oleh perusahaan, jenis pekerjaan yang monoton, serta kurangnya support dari lingkungan sekitar, bisa pula menjadi penyebab burnout.
Begitu pula dengan ketidakseimbangan antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan, dan komunikasi dalam lingkungan pekerjaan yang kurang terbuka, juga akan memicu terjadinya burnout.
Apa yang menjadi tanda-tanda ketika seseorang stres di tempat kerja? Ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut.