Drama di seputar pendaftaran pilkada 2024, khususnya di DKI Jakarta, sudah berakhir (endgame) dengan antiklimaks. Maksudnya, nama yang digadang-gadang oleh media, malah terpental.
Boleh disebutkan, drama tersebut menjadi hal yang tragis bagi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan. Apalagi, menurut hasil survei sejumlah lembaga, Anies mendapat peringkat teratas.
Ada semacam kekuatan tarik menarik antara pihak yang ingin mengusung Anies dan pihak yang ingin mengandaskannya. Akhirnya yang menang adalah pihak yang ingin menyingkirkannya.
Mulanya, angin berembus ke arah Anies, ketika Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nasdem, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyatakan dukungannya.Â
Tapi, ketiga partai ini kemudian menelantarkan Anies, dan memilih bergabung dengan KIM Plus, yang notabene adalah pesaingnya saat pilpres.
KIM Plus adalah Koalisi Indonesia Maju yang terdiri dari banyak partai, antara lain Partai Gerindra, Golkar, Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN).Â
Pada Pilpres 14 Februari 2024, KIM berhasil mengantarkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
Tentu, KIM berupaya tetap kompak dalam menyongsong Pilkada Serentak, kalau perlu dengan menambah partai lain yang mau bergabung.
Tujuannya, agar di setiap daerah akan terpilih gubernur, bupati dan wali kota yang selaras dengan program yang dilaksanakan pemerintah pusat yang akan dipimpin Prabowo-Gibran.
Meskipun Anies ditinggalkan PKS, Nasdem dan PKB, bukan berarti peluangnya langsung hilang. Daya tariknya karena elektabilitas yang tinggi masih bersinar.
Apalagi, setelah ada Putusan MK terkait Pilkada Threshold, yang membuka peluang bagi partai seperti PDIP untuk mengusung paslon sendiri.
Maka, berita Anies akan dipasangkan dengan Rano Karno yang merupakan kader PDIP, Â berhembus kencang pada saat pendaftaran pilkada 2024 dibuka.
Namun, di sinilah drama mencapai antiklimaks. PDIP akhirnya secara resmi mengusung dua kadernya, Pramono Anung dan Rano Karno, sebagai cagub dan cawagub DKI Jakarta.
Konon, Anies akan didaftarkan PDIP sebagai cagub Jawa Barat. Tapi, Anies menolak karena merasa dukungan masyarakat di Jawa Barat terhadap dirinya tidak sederas dukungan warga Jakarta.
Jika PDIP mengusung Anies Baswedan pada Pilkada DKI Jakarta, ada 2 kemungkinan yang akan dihadapi oleh PDIP sekiranya Anies menang.
Pertama, berpotensi membuat tidak bagusnya hubungan PDIP dengan pemerintahan Prabowo-Gibran nantinya.Â
Hal itu karena selama ini Anies dipersepsikan berseberangan dengan Presiden Jokowi. Sedangkan Prabowo merupakan kelanjutan dari Jokowi.
Kedua, berpotensi menjadi bumerang di Pilpres 2029, bila Anies maju di Pilpres yang diusung oleh partai lain yang bukan koalisi PDIP.
Ingat, pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Anies diusung oleh Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bukankah pada akhirnya Anies jadi lawan Prabowo yang Ketua Umum Gerindra di Pilpres 2024?
Elektabilitas Anies yang tinggi, jauh di atas Ridwan Kamil, ternyata bukan menjadi faktor utama bagi PDIP.Â
PDIP mungkin ingin aman atau ingin bermain cantik. Bila mengusung Anies dan menang, barangkali pemerintahan Jokowi (yang nantinya dilanjutkan Prabowo), sedikit banyak akan terganggu.
Lagi pula, di internal PDIP ada sebagian yang tak suka dengan Anies. Demikian pula bila mengusung Ahok (yang elektabilitasnya cukup tinggi, namun di bawah Anies), akan ada pula sebagian yang tidak nyaman.
Bukankah dulu Anies dan Ahok dinilai banyak pengamat telah membelah masyarakat karena memainkan politik identitas?
Jadi, sangat gampang menjustifikasi pilihan terhadap Pramono Anung. Ia sosok yang aman, tidak kontroversial di mata pemerintah.Â
Selain kader murni PDIP, Pramono juga bagian dari pemerintahan Joko Widodo. Pramono diizinkan Jokowi untuk ikut Pilkada, tanpa harus mundur dari posisinya sebagai Sekretaris Kabinet.
Begitu juga Rano Karno, yang relatif dekat dengan semua kalangan dan keaktorannya sagat dikenal. Tentu, tim suksesnya sudah punya strategi untuk menaikkan elektabilitas Pramono-Rano.
Banyak pengamat menduga, Pramono-Rano akan gampang dikalahkan Ridwan Kamil-Suswono. Apakah memang begitu? Mari kita tunggu.
Kalaupun Pramono menang, diduga Jokowi dan Prabowo bisa menerima dengan ikhlas, meskipun pilihan pertamanya Ridwan Kamil-Suswono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H