Apalagi, setelah ada Putusan MK terkait Pilkada Threshold, yang membuka peluang bagi partai seperti PDIP untuk mengusung paslon sendiri.
Maka, berita Anies akan dipasangkan dengan Rano Karno yang merupakan kader PDIP, Â berhembus kencang pada saat pendaftaran pilkada 2024 dibuka.
Namun, di sinilah drama mencapai antiklimaks. PDIP akhirnya secara resmi mengusung dua kadernya, Pramono Anung dan Rano Karno, sebagai cagub dan cawagub DKI Jakarta.
Konon, Anies akan didaftarkan PDIP sebagai cagub Jawa Barat. Tapi, Anies menolak karena merasa dukungan masyarakat di Jawa Barat terhadap dirinya tidak sederas dukungan warga Jakarta.
Jika PDIP mengusung Anies Baswedan pada Pilkada DKI Jakarta, ada 2 kemungkinan yang akan dihadapi oleh PDIP sekiranya Anies menang.
Pertama, berpotensi membuat tidak bagusnya hubungan PDIP dengan pemerintahan Prabowo-Gibran nantinya.Â
Hal itu karena selama ini Anies dipersepsikan berseberangan dengan Presiden Jokowi. Sedangkan Prabowo merupakan kelanjutan dari Jokowi.
Kedua, berpotensi menjadi bumerang di Pilpres 2029, bila Anies maju di Pilpres yang diusung oleh partai lain yang bukan koalisi PDIP.
Ingat, pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Anies diusung oleh Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bukankah pada akhirnya Anies jadi lawan Prabowo yang Ketua Umum Gerindra di Pilpres 2024?
Elektabilitas Anies yang tinggi, jauh di atas Ridwan Kamil, ternyata bukan menjadi faktor utama bagi PDIP.Â
PDIP mungkin ingin aman atau ingin bermain cantik. Bila mengusung Anies dan menang, barangkali pemerintahan Jokowi (yang nantinya dilanjutkan Prabowo), sedikit banyak akan terganggu.