Katakanlah ada seseorang yang sudah berada di posisi paling tinggi yang tak lagi punya atasan. Maka, seperti disinggung sebelumnya, pemimpin yang hebat dulunya adalah pengikut yang baik.
Pengikut yang baik itu artinya anak buah yang jempolan, terpuji, bukan berkinerja sekadar rata-rata atau medioker.Â
Anak buah yang hanya bekerja menunggu instruksi atasan, meskipun terkesan sebagai orang yang patuh, bukan termasuk pekerja jempolan.
Tentu, agar kinerjanya jempolan, anak buah yang baik itu berkarakter cerdas dari sisi intelektual, emosional, dan spiritual. Masalah integritas, loyalitas, kapasitas dan kapabilitas juga bagus.
Karena ia pengikut yang baik, maka akan diperlakukan secara spesial oleh atasannya, dalam arti dipersiapkan untuk meneruskan estafet kepemimpinan.
Kalau ada pemimpin karbitan, sangat kecil kemungkinannya berhasil. Paling tidak, di mata anak buahnya ia bukan pemimpin yang diidamkan.
Jadi, leadership dan followership sama-sama penting dan perlu dikuasai oleh mereka yang meniti karier di bidang apapun yang ada hirarki dalam organisasinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H