Ketiga, pemimpin yang baik adalah yang komunikatif dan mampu menggunakan metode story telling dalam menjelaskan sesuatu. Dengan gaya bercerita, lebih gampang dicerna anak buah.
Masih berkaitan dengan gaya komunikasi, pemimpin yang tidak jaim, tidak terlalu berjarak dengan anak buah akan lebih disukai.
Komunikasi yang baik adalah yang dua arah, dalam arti anak buah diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat, saran, keluhan, dan kritiknya.
Keempat, dalam era persaingan antar perusahaan yang ketat seperti saat ini, kemampuan seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan, menjadi penting.
Jadi, pemimpin yang baik harus cepat menganalisis, cepat memutuskan, cepat mengeksekusi, cepat mengevaluasi dan melakukan tindakan koreksi bila diperlukan.
Nah, di sinilah karakter pemimpin versi referensi akademis diperlukan, seperti kepintaran, kejujuran, loyalitas, bersikap adil, dan kalau bisa juga menjadi sosok yang karismatik.
Dengan beberapa karakter di atas, kemampuan dan kecepatan dalam mengambil keputusan strategis akan terasah, seiring dengan pengalaman yang dilaluinya.
Sebaliknya, pimpinan yang tak punya karakter tersebut dan tanpa pengalaman cukup, bisa jadi akan lamban atau ragu-ragu. Akibatnya, keputusannya yang juga disambut keraguan anak buahnya.
Perlu digarisbawahi soal pengalaman, tidak ada pemimpin yang baik dilahirkan secara instan. Artinya, seorang pemimpin harus melewati berbagai tahapan.
Jadi, bisa dipastikan bahwa pemimpin itu pernah menjadi anak buah. Bahkan, saat jadi pemimpin pun, seorang leader sebetulnya juga seorang follower.Â
Atasan seorang direktur adalah direktur utama, dan dirut juga perlu tunduk pada kemauan komisaris utama. Di pemerintahan pun, presiden melaporkan hasil kerjanya ke parlemen.