Komeng, siapa yang tidak kenal sosok yang satu ini? Ia adalah seorang komedian yang sudah malang melintang dalam berbagai acara di layar kaca maupun di acara panggung off-air.
Namun, akhir-akhir ini Komeng ramai diberitakan media massa bukan karena aksi komedinya, melainkan karena aksi politiknya.
Ya, betul, sekarang Komeng berpolitik dengan terjun menjadi calon legislatif (caleg) memperebutkan kursi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat.
Dan hasilnya betul-betul sangat nendang, di mana pada pemilu 14 Februari 2024 lalu, Komeng mencetak rekor. Perolehan suaranya tertinggi sepanjang sejarah DPD, yakni 5.399.699 suara.
Komeng jauh meninggalkan pesaingnya, karena peringkat kedua saja di dapil Jawa Barat tersebut hanya memperoleh 1,9 juta suara.
Padahal, Komeng boleh dibilang caleg yang paling minim mengeluarkan biaya untuk kampanye. Betul-betul kampanye paket hemat.
Poster dan balihonya tidak terlihat seperti banyak caleg lainnya. Makanya, banyak pemilih di Jawa Barat baru tahu Komeng jadi caleg saat di bilik suara.
Pemilik kata "uhuuuuy" itu dengan cerdik memasang fotonya dengan gaya yang berbeda dari caleg lain, sehingga begitu dibuka kertas suara, terlihat mencolok.
Pose Komeng yang sudah dikenal publik itu rupanya menggerakkan hati pemilih, dan tanpa pikir panjang langsung memilihnya. Apalagi, calon lain banyak yang kurang akrab di mata publik.
Dalam acara talk show yang ditayangkan salah satu stasiun televisi nasional pada Minggu malam (16/6) yang lalu, Komeng bercerita seputar kiprahnya di masa lalu dan rencananya setelah duduk di DPD.
Ketika ditanya dari mana asal kata Uhuy, Komeng menjawab sengaja mencari satu kata yang cocok menjadi ciri khasnya ketika melawak.
Sebelum itu, pelawak Jaja Mihardja dikenal dengan kata "apaan tuh!" pada setiap penampilannya di acara komedi atau acara kuis yang dibawakannya di salah satu stasiun televisi.
Terinspirasi dari Jaja tersebut, Komeng pun berusaha punya kata spesial dan akhirnya menemukan kata uhuy itu tadi.
Apakah Komeng takut bila nanti betul-betul telah dilantik jadi anggota legislatif? Komeng menjawab tidak takut, karena belum ketemu setan.
Ya, politik dan dagelan itu mungkin beda-beda tipis. Makanya beberapa komedian sukses jadi politisi, seperti dulu dialami Dedi Gumelar, Nurul Qomar, hingga Eko Patrio.
Tapi, politisi yang hijrah jadi komedian, boleh dikatakan belum ada, karena di mata publik akan dianggap sebagai turun pangkat.
"Saya tak mau mengubah diri saya," lanjut Komeng merespon pertanyaan apakah penampilannya akan berubah setelah menjadi orang politik.
Maksudnya, Komeng akan tetap dekat dengan masyarakat seperti yang telah dilakukannya selama ini.Â
Memang, masyarakat merasa tidak berjarak dengan pelawak dibandingkan dengan penyanyi, bintang film atau artis lain.
Farhan, anggota DPR yang dulunya seorang presenter televisi, menjadi salah seorang panelis di acara tersebut.
Menanggapi usul Komeng, Farhan menyatakan setuju bila nanti ada Hari Komedi Nasional. Degan komedi, orang bebas melampiaskan beban hidupnya yang semakin berat.
Tapi, tentu tidak gampang hingga keluarnya produk hukum tentang penetapan Hari Komedi Nasional. Banyak tahapan yang harus dilalui.
O ya, ada lagi yang disinggung Komeng, selain ada komedian jadi politisi, ada pula komedian jadi ustaz. Meskipun menurut Komeng, komedian dan ustaz punya titik pandang berseberangan.
Pelawak itu membelokkan yang lurus, sedangkan ustaz meluruskan yang belok-belok. Terlepas dari pandangan Komeng itu, harus diakui, ustaz yang menyelipkan kelucuan, lebih disukai jemaah.
Inilah pesan Komeng pada siapa saja, terutama untuk anak muda yang lagi merintis karier. Pesannya berbunyi: "Jadilah diri sendiri, kalau jadi diri orang lain itu namanya jadi-jadian atau siluman".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H