Syukurlah, setelah si staf mulai bertugas di Soe, pandangannya mulai berubah ke arah positif. Ia malah bersyukur, karena bisa menikmati keindahan alam NTT yang masih "perawan".
Tanpa diongkosi kantor, ia tentu mikir-mikir juga jika harus mengeluarkan dana sendiri yang relatif mahal untuk menikmati alam NTT.
Untungnya lagi, ia dimutasi saat masih lajang. Jika ia sudah punya istri dan anak, mungkin akan lebih berat.
Si staf ini bertekad untuk menimba pengalaman di lapangan, yang pasti bermanfaat kelak untuk pengembangan karier selanjutnya.
Contoh di atas adalah untuk soal kesempatan dan kesulitan di level individu.
Cara yang sama juga berlaku di level perusahaan, di mana pendekatan soal kesempatan dan kesulitan tersebut bisa dikupas berdasarkan teori manajemen.
Dalam ilmu manajemen stratejik, ada teori yang sudah tergolong usang tapi masih relevan hingga sekarang, yakni teori SWOT.
SWOT tersebut merupakan singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman).
Jadi, dalam menyusun strategi, manajemen perusahaan harus mempertimbangkan keempat faktor di atas, di mana faktor S dan W merupakan kondisi internal, serta O dan T kondisi eksternal.
Nah, manajemen yang berpandangan positif, tak terlalu khawatir dengan ancaman. Misalnya, soal semakin banyaknya pesaing baru.
Justru, ancaman bisa pula dilihat sebagai peluang. Semakin ketat persaingan, artinya memicu peluang untuk melakukan inovasi, agar mampu bersaing.