Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Prestasi Akademis Itu Penting, tapi Belum Cukup "Sakti"

20 Januari 2024   05:31 Diperbarui: 20 Januari 2024   05:35 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dok. Shutterstock, dimuat Kompas.com

Hanya saja, perlu disadari, kenyataannya banyak lulusan S2 dalam rekrutmen staf baru di suatu perusahaan, disamakan saja dengan S1.

Nanti, setelah bekerja dan terlihat yang lulusan S2 lebih menonjol dalam aspek pemikiran analitis, pemikiran konseptual, dan pemikiran strategis, kariernya bisa lebih cepat melesat.

Namun, kemelesatan itu hanya hingga manajemen lapisan tengah. Untuk masuk lapisan atas, faktor kemampuan membina jaringan, termasuk politicking, jadi penentu.

Tadi sudah disebut soal mahalnya biaya kuliah pascasarjana. Hanya anak dari keluarga kaya yang banyak langsung mengambil S2 setelah wisuda S1, antara lain karena asal tidak menganggur.

Sedangkan mahasiswa dengan ekonomi rata-rata, jika ingin segera kuliah lanjutan, harus rajin berburu beasiswa dari dalam dan luar negeri.

Jadi, urgensi kuliah pascasajana dalam kaitannya untuk mencari pekerjaan, bisa dikatakan relatif penting. Mirip dengan pentingnya lulusan S1 memiliki indeks prestasi akademis yang tinggi.

Artinya, untuk dipanggil seleksi penerimaan karyawan, gelar S2 atau S1 dengan indeks prestasi tinggi biasanya jadi persyaratan.

Namun, setelah diterima bekerja, agar mampu bersaing meraih jabatan lebih tinggi, prestasi akademis saja tidak cukup "sakti".

Maksudnya, gelar S2 S3 itu tidak menjamin atau bukan merupakan tiket meraih posisi lapisan manajemen puncak, yang kalau di sebuah perusahaan artinya menjadi anggota direksi.

Ada teman saya yang sudah S3, tapi kaku dalam berkomunikasi serta sangat vokal dalam mengkritisi kebijakan manajemen, akhirnya karier mentok dan memilih resign.

Ada pula yang hanya sekadar lulus S1, namum pintar bergaul dan jaringan pertemanannya dengan berbagai kalangan sangat luas, akhirnya terpilih menjadi salah seorang direktur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun