Tapi, direktur utamanya ketika itu lagi nyambil kuliah S3. Belakangan, ketika sudah tidak dirut lagi, beliau jadi pengajar di sebuah perguruan tinggi swasta dan dapat gelar guru besar.
Berikutnya, ada yang menarik ketika di perusahaan tempat saya bekerja, pada tahun 2005 yang menjadi dirut "hanya" seorang lulusan D3 Akuntansi.
Apakah ada kaitannya dengan gelar akademis sang dirut atau tidak, ketentuan harus S2 untuk promosi jabatan ke eselon yang lebih tinggi, tidak lagi diberlakukan secara mutlak.
Meskipun begitu, sang dirut akhirnya meraih S1 di sebuah universitas swasta, dan bahkan meraih gelar doktor kehormatan di perguruan tinggi swasta lainnya.
Memang, kalau bos-bos yang kuliah, anak buahnya yang pintar jadi ikut sibuk menyiapkan berbagai makalah, termasuk menyusun tesis dan disertasi.
Menurut perasaan saya, jumlah lulusan S2 sudah banyak, sedangkan S3 memang belum terlalu banyak. Meskipun begitu, eksekutif perusahaan yang ikut S3 mulai jadi tren.
Ternyata, menurut Presiden Jokowi rasio jumlah lulusan S2 S3 di negara kita masih sangat rendah, jauh di bawah kondisi di Malaysia. Apalagi, bila dibandingkan dengan negara yang lebih maju.
Secara umum, menurut saya biaya kuliah S2, apalagi S3, cukup mahal. Jadi, kalau keuntungan setelah lulus tidak terlalu menjanjikan, wajar bila tidak terlalu banyak peminatnya.
Apa keuntungan yang diharapkan seorang lulusan S2? Tujuan masing-masing orang untuk kuliah pascasarjana bisa berbeda-beda.
Namun, biasanya ijazah S2 bagi yang belum bekerja diharapkan bisa membantu dalam memperoleh pekerjaan yang diinginkan.
Sedangkan bagi yang mereka yang sudah bekerja, tentu mereka berharap akan menjadi nilai lebih untuk peningkatan karier.Â