Kelima, advertorial di media cetak. Advertorial masih diperlukan sebagai media untuk memperkuat branding atau sebagai alat public relation dari suatu perusahaan.
Masalahnya, perlu dipertimbangkan jumlah pembaca media cetak yang makin menciut, seperti telah disinggung sebelumnya.
Keenam, membagi-bagi brosur. Cara "kuno" ini masih ada, meski mulai langka. Membagi brosur menjadi kurang efektif karena banyak yang dibuang ke tong sampah oleh si penerima.
Ketujuh, membagi-bagi kartu nama. Hal yang dulu terbiasa dilakukan oleh petugas sales promotion suatu produk, sekarang masih tetap eksis.
Namun, efektivitasnya memang tidak begitu terlihat, karena masyarakat lebih suka menyimpan nomor kontak di dalam gawainya.
Kedelapan, membagi-bagi cenderamata, seperti kaos, payung, puplen, cangkir, dan lain-lain yang berlogo perusahaan tertentu. Atau, di tahun politik sekarang ini membagi kaos partai.
Cara ini masih terlihat efektif, karena banyak orang yang menggunakan payung promosi atau kaos promosi. Tapi, untuk kaos partai, banyak orang yang enggan memakainya.
Kesembilan, papan reklame, termasuk dalam hal ini baliho, umbul-umbul, dan spanduk. Cara ini masih laris manis asal dipasang di tempat yang lalu lintasnya ramai.
Kesepuluh, iklan dengan wadah neon sign. Cara ini tetap efektif bila dipasang di titik yang strategis dengan pencahayaan yang menarik di malam hari.
Kesebelas, reklame berjalan di bodi kendaraan. Bus Transjakarta, taksi, dan gerbong kereta api, banyak yang dihiasi dengan iklan suatu produk. Hal ini masih cukup efektif.
Kedua belas, menjadi sponsor suatu acara. Sepanjang acaranya jelas segmen yang disasarnya, ada saja perusahaan yang mau jadi sponsor.Â