Mari kita lihat beberapa contoh pemasaran gaya jadul di bawah ini dan kita ulas apakah masih terlihat efektif atau tidak.Â
Pertama, iklan di televisi. Bagi mereka yang masih menonton siaran televisi pasti tahu masih banyaknya iklan yang ditayangkan.Â
Acara tertentu seperti sinetron dan siaran langsung olahraga, sering membuat pemirsa tidak sabar saking banyaknya iklan. Ketika remote dipindahkan ke saluran lain, ternyata juga lagi iklan.
Tapi, perlu didalami bahwa yang masih menonton televisi mayoritas adalah mereka yang berusia di atas 50 tahun. Sedangkan anak muda dan remaja, lebih asyik dengan gawai.
Maka, produsen perlu jeli, jika produknya menyasar anak muda, memasang iklan di televisi diperkirakan tak lagi efektif dan bahkan biaya iklan akan terbuang sia-sia.
Kedua, iklan di media cetak. Seiring dengan banyaknya koran dan majalah versi cetak yang gulung tikar, iklan di media cetak mulai berkurang, tapi masih ada.
Pembaca koran dan majalah turun drastis, maka keefektifan pemasangan iklan di media cetak juga diduga mulai menurun.
Ketiga, iklan di radio. Sama dengan pemirsa televisi, pendengar radio mengalami penyusutan. Tapi, beberapa radio masih punya pendengar yang setia.
Radio yang segmented dalam arti acaranya fokus ke program tertentu, seperti khusus musik pop, khusus dangdut, atau khusus dakwah, masih ada pemasang iklannya.
Efektif tidaknya iklan di radio tergantung pada kecocokan produk yang diiklankan dengan segmen pendengarnya. Umpamanya, produk bersertifikat halal cocok diiklankan di radio dakwah.
Keempat, iklan baris di media cetak. Dulu, iklan baris sangat berjaya. Sekarang, meskipun tak lagi banyak, iklan baris di media cetak tetap eksis, namun diperkirakan tidak begitu efektif.