Ngomong-ngomong, di antara sekian banyak moda transportasi, pesawat udara merupakan jenis angkutan yang tercepat dan sekaligus termahal.
Makanya, meskipun kata iklan sebuah maskapai penerbangan "semua orang bisa terbang", hanya mereka yang mampu membeli tiket pesawat yang bisa menikmatinya.
Penumpang pesawat dibedakan berdasarkan kelas sesuai tiket yang dibelinya, yakni kelas ekonomi, kelas bisnis, dan first class.
Karena menjadi kelas yang paling murah dan menyediakan kursi paling banyak, jumlah penumpang kelas ekonomi menjadi mayoritas dalam suatu penerbangan.
Menarik juga mengamati tingkah laku kebanyakan penumpang kelas ekonomi saat berada di ruang tunggu, sebelum dipanggil untuk naik ke pesawat.
Ada suasana yang agak menyeramkan begitu mendekati jadwal boarding. Banyak penumpang yang sudah tidak sabar dan berdiri di bagian depan dekat petugas yang akan memeriksa boarding pass.
Pemandangan seperti itu sering terlihat di hari-hari yang penerbangan biasanya penuh penumpang, yakni dari Jumat sore hingga Senin pagi.
Apalagi bila kebetulan ada long weekend atau saat libur anak sekolah dan saat libur panjang sekitar hari lebaran, natal, dan tahun baru.
Sebetulnya sudah diatur, penumpang yang duduk di bagian tengah ke belakang dipanggil duluan, tapi mereka yang belum dipanggil memaksa untuk antre di depan.
Kenapa hal itu terjadi? Bukankah semua penumpang sudah pasti kebagian tempat duduk sesuai nomor seat yang tercantum di boarding pass?
Barangkali beberapa alasannya adalah seperti yang dipaparkan berikut ini.
Pertama, jarak antara ruang tunggu ke lokasi pesawat yang akan ditumpangi relatif jauh, masih perlu melalui garbarata atau bahkan bisa naik bus ke pintu pesawat.
Jadi, mereka yang berada di antrean paling depan merasa beruntung karena langkahnya terasa mulus tanpa penghalang, para "pesaing"-nya tertinggal di belakang.
Kedua, mereka berebut agar lebih dulu naik pesawat agar bisa menaruh barang di kabin bagasi yang berada tepat di atas tempat duduknya.
Bagi penumpang yang berada di antrean barisan belakang, berkemungkinan akan mengalami kesulitan menaruh barang di kabin, karena sudah dipenuhi barang penumpang lainnya.
Akhirnya, penumpang yang belakangan naik itu biasanya minta bantuan pramugari untuk mendapatkan tempat barang yang bisa jadi jauh dari nomor kursinya.
Tentu, sewaktu pesawat sudah mendarat di bandara tujuan, penumpang tersebut butuh waktu untuk mengambil barangnya.
Ketiga, ada ketidaknyamanan lain kalau saat antrean untuk boarding berada bukan di barisan depan.
Ketika penumpang yang lebih dahulu naik dan duduk di bagian depan lagi menaruh barang di kabin bagasi, langkah penumpang yang berada di belakangnya jadi terhenti.
Itulah yang menyebabkan biasanya petugas yang memeriksa boarding pass memanggil penumpang yang duduk dari baris tengah ke belakang yang naik pesawat terlebih dahulu.
Masalahnya, sering juga penumpang yang duduk di bagian depan ikut antre di depan dan tidak dihentikan langkahnya oleh petugas pemeriksa.
Keempat, penumpang yang duduk di jendela juga ingin naik pesawat lebih dulu, agar tidak keduluan oleh penumpang yang duduk bukan di jendela.
Penumpang di kursi jendela yang naik pesawat belakangan perlu minta izin agar penumpang yang di gang dan di tengah keluar dulu.
Soalnya, jika penumpang di jendela memaksakan diri melewati penumpang di sebelahnya yang telah duduk lebih dahulu, secara fisik relatif sulit dilakukan.
Kelima, berkaitan dengan karakter, mungkin memang perilaku sebagian penumpang tidak sabar. Atau, hanya segelintir yang tidak sabar, sedangkan yang lain terprovokasi dan ikut-ikutan saja.
Semoga pihak pengelola maskapai penerbangan bisa menemukan metode yang lebih pas, agar suasana saat penumpang mau naik pesawat tidak lagi menyeramkan seperti tulisan di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H