Untuk film yang akan diputar malam hari, sorenya tukang catut sudah membeli ketika loket baru dibuka. Film yang diperkirakan akan banyak penonton, akan diborong tukang catut.
Namun, pekerjaan tukang catut sebetulnya bersifat spekulatif alias untung-untungan. Jika salah prediksi, si tukang catut bisa rugi.Â
Bila bioskop terlihat penuh, tapi ada satu atau dua baris di bagian belakang yang kosong, itu pertanda karcis yang di tangan tukang catut tidak terjual.
O ya, di bioskop era sekarang tidak ada pembagian kelas penonton. Dulu, ada kelas-kelasnya, misalnya kursi kelas I dan kelas II.
Kelas I dimulai dari kursi baris paling belakang hingga sekitar dua pertiga kapasitas bioskop. Sisanya, yakni di bagian depan disebut kelas II.
Jangan bayangkan bioskop jadul pakai kursi empuk seperti sekarang. Lazimnya di waktu dulu, kursi bioskop adalah kursi rotan yang terkadang ada kutu busuk yang gigitannya amat pedih.
Bahkan, untuk penonton kelas 2, yang tersedia hanya berupa bangku papan memanjang. Tapi, ketika itu penonton tetap hepi-hepi saja.
Begitulah, sedikit nostalgia tentang bioskop era jadul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H