Maka, jangan bayangkan mereka yang akan menonton film, membeli tiket bioskop seperti di zaman canggih sekarang, yang bisa dipesan secara online.Â
Kalaupun dibeli di counter bioskop, tak akan ada tukang catut. Tiket dibeli dari petugas berseragam. Jika kehabisan tiket, dipersilakan membeli untuk jam tayang selanjutnya atau memilih film lain.
Lagi pula, di bioskop sekarang, satu bioskop punya beberapa layar, sehingga pada waktu bersamaan ada sekian film yang serentak diputar. Tentu, pilihan bagi penonton jadi semakin banyak.
Pada bioskop era jadul, di satu bioskop hanya ada satu layar. Jadwal pemutaran hanya 2 kali dalam sehari, yakni pukul 19.00 WIB dan 21.00 WIB.
Tapi, pada hari Sabtu malam Minggu, ada pertunjukan tengah malam (midnight show), yang biasanya disukai pasangan yang lagi pacaran.
Lalu, di hari Minggu ada pertunjukan siang hari, yakni pada pukul 12.00 WIB dan biasanya memutar film yang berkategori  untuk penonton "semua umur".
Seperti apa cara membeli tiket waktu dulu? Penonton harus membeli secara langsung kepada petugas yang ada di loket kecil di sudut bagian depan bioskop.
Nah, kerja tukang catut adalah memborong karcis saat tiket baru dijual di loket. Jika modal tukang catut lumayan besar, ia mampu membeli puluhan tiket.
Kemudian, tiket tersebut dijual lagi di saat film akan diputar beberapa menit lagi. Ketika itu, jika film yang diputar banyak penggemarnya, karcis di loket sudah habis.
Tukang catut menjual tiketnya secara berbisik-bisik kepada penonton yang baru datang. Biasanya dengan kode-kode tertentu, penonton langsung paham maksud tukang catut.
Tentu, agar dapat untung besar, si tukang catut menjual tiket dengan harga yang jauh lebih tinggi ketimbang harga resmi di loket.