Kata "bijak" di atas sebaiknya diterjemahkan sebagai berhati-hati dengan kalkulasi yang tepat. Ini berlaku baik untuk utang produktif maupun konsumtif.
Utang produktif yang salah kalkulasi sangat berisiko. Bukankah ada saja pengusaha yang bangkrut dan asetnya disita oleh bank yang sebelumnya memberikan kredit?
Sebaliknya, utang konsumtif yang kalkulasinya tepat, seperti mengambil kredit pemilikan rumah (KPR) yang cicilannya bisa diambil dari gaji si pengutang, menjadi contoh yang baik.
Bahkan, KPR itu disebut juga sebagai utang konsumtif yang menguntungkan, karena harga rumah lama-lama akan naik. Berbeda dengan kendaraan yang lama-lama nilainya turun.
Utang konsumtif bisa pula menjadi produktif, misalnya mengambil utang untuk membeli rumah yang dijadikan kos-kosan atau kontrakan.
Sekali lagi, kata kuncinya adalah "bijak dalam berutang", sehingga utang bisa membawa berkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H