Bagi mereka yang tinggal di kawasan perkotaan, sejak belasan tahun terakhir, mulai semakin berkurang aktivitasnya dalam membuat masakan sendiri untuk dinikmati sekeluarga.
Membeli makanan jadi semakin membudaya, baik karena alasan tak punya waktu untuk memasak, atau karena tergoda mengingat demikian menjamurnya pelaku usaha kuliner.
Apalagi, untuk membeli makanan tak harus pergi ke restoran. Sambil rebahan pun bisa memesan makanan dengan aneka pilihan melalui gawai dalam genggaman.
Mulai dari makanan tradisional hingga makanan asing yang bergaya kekinian, semuanya lengkap menjajakan produknya dengan promosi yang sangat gencar.
Dapat dibayangkan, bagi pelaku usaha kuliner, mau tak mau harus tahan banting menghadapi tingkat persaingan yang cukup sengit.Â
Jangan mengira kondisi seperti itu hanya terdapat di kota besar. Sekarang, gerai makanan berbau asing sudah menyebar sampai di kota kabupaten, atau bahkan kota kecamatan.
Tak usah heran melihat gerai waralaba makanan yang induknya ada di Amerika, Jepang, Italia, atau negara lainnya, yang begitu agresif membuka gerai di berbagai penjuru.
Nah, kembali ke soal pilihan makanan bagi konsumen, di antara sekian banyak pilihan, ayam goreng bisa dibilang sebagai makanan yang menempati posisi puncak.
Ayam goreng sebetulnya bisa dikatakan sebagai menu tradisional, karena lazim tersedia di Rumah Makan Padang, Warung Tegal, dan sebagainya.
Namun, sejak era 1980-an, ayam goreng versi tradisional mulai digempur ayam goreng versi Amerika Serikat (AS) dengan dibukanya gerai Kentucky Fried Chicken (KFC).
Pendiri KFC di negara asalnya adalah Kolonel Harland Sanders. Untuk Indonesia, hak waralaba KFC dipegang oleh PT Fast Food Indonesia.
Gerai pertama KFC di Indonesia dibuka pada Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta, seperti yang ditulis Kontan.co.id (19/4/2021).
Jumlah gerai KFC pada posisi akhir 2022 tercatat sebanyak 727 gerai yang tersebar di 170 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.
Namun, seperti telah disinggung di atas, persaingan sesama gerai ayam goreng sangatlah ketat. Nama berbau asing bukan jaminan kesuksesan.
Kompas.com (19/8/2023) memberitakan bahwa PT Cipta Selera Murni per tanggal 14 Maret 2023 telah menutup seluruh restoran Texas Chicken yang dioperasikan di bawahnya.
Perusahaan tersebut memutuskan mengakhiri kerjasamanya dengan Cajun Global LLC, yang menjadi dasar untuk membuka gerai ayam goreng Texas di Indonesia.
Texas Chicken, sesuai dengan namanya, memang didirikan pertama kali di Texas, AS, pada tanggal 17 April 1952 oleh George W. Church Sr.
Perlu diketahui, waralaba ayam goreng asing itu di negara asalnya tidak menyajikan menu nasi, tapi kentang goreng.
Di Indonesia, selain menyediakan kentang goreng, juga menyediakan nasi putih, untuk menyesuaikan dengan kebiasaan masyarakat kita.
Selain KFC dan Texas Chicken, ada lagi nama yang sangat Amerika yang meramaikan bisnis ayam goreng di negara kita, yakni California Fried Chicken (CFC).
Namun, CFC bukan waralaba asing, meskipun California adalah nama salah satu negara bagian di negara Paman Sam itu.
CFC berpusat di Jakarta dan didirikan pada tahun 1983. Memang, awalnya perusahaan yang menaungi CFC (PT Putra Sejahtera Pioneerindo) memegang hak California Pioneer Chicken.
Tapi, sejak 1989 perusahaan tersebut mengubah status dari franchisee menjadi franchisor dengan memproduksi dan memasarkan merek sendiri, yaitu CFC itu tadi.
Ayam goreng asli asal California yang sekarang banyak sekali gerainya di kota-kota besar di tanah air adalah A&W.
Ada satu lagi nama besar pada bisnis ayam goreng, yakni McDonald's yang sering disebut McD. Awalnya, Â McD ini lebih terkenal dengan burgernya, namun ayam gorengnya juga laris manis.
Selain nama-nama besar sebagai pemain utama ayam goreng, sudah banyak pula pesaing baru yang potensial menyeruak ke papan atas.Â
Contohnya, ada nama Recheese Factory, Hisana Fried Chicken, dan Sabana Fried Chicken, yang mulai agresif membuka gerai. Ketiganya adalah waralaba lokal.
Ada lagi waralaba ayam goreng yang terkesan bermain di kelas bawah. Namanya Go Chicken dengan memakai kios kecil (cukup satu bangku panjang untuk konsumen yang makan di tempat).
Bagaimana dengan ayam goreng tradisional? Apakah mulai banyak memakai sistem waralaba seperti ayam goreng cepat saji ala Amerika?Â
Meskipun tidak terlalu ekspansif, nama-nama tradisional seperti Ayam Goreg Ny. Suharti, Mbok Berek, dan Ayam Goreng Kalasan, tetap berkembang.
Jadi, pemain ayam goreng ini demikian banyak, persaingan amat ketat, sehingga bagi pendatang baru harus jeli agar mampu bersaing.
Jika pendatang baru mampu tampil beda, yang bisa terlihat dari resep masakan dan tampilannya, harapan untuk meraup cuan tetap ada.
Kreativitas para pencipta resep masakan memang sangat penting. Berbagai uji coba perlu dilakukan sampai bertemu suatu formula yang maknyus.
Ayam goreng keju atau ayam goreng madu sudah banyak gerainya. Mungkin perlu bumbu lain yang tak kalah enak.
Tentu, soal pelayanan dan lokasi gerai yang strategis juga menjadi faktor penting untuk keberhasilan usaha kuliner. Selain itu, promosi pun harus yang mampu mencuri perhatian publik.
Bagaimanapun, bisnis ayam goreng jika semuanya digabung, nilai rupiahnya dalam satu tahun jelas sangat besar sekali.Â
Kalau 1 gerai saja punya 5 orang karyawan, bisa dibayangkan semua gerai ayam goreng di Indonesia telah menghidupi puluhan ribu orang.
Satu perusahan tumbang seperti Texas Chicken di atas, bukan berarti bisnis ayam goreng tidak prospektif. Pendatang baru masih akan bermunculan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI