Alhamdullliah, Sri dinyatakan lulus masuk fakultas kedokteran dari perguruan tinggi swasta yang sudah lumayan terkenal.
Karena memang sejak SMP sudah bercita-cita ingin menjadi dokter, Sri memilih meninggalkan Akuntansi Unand. Uang Rp 20 juta pun hangus, tak bisa dikembalikan.
Begitulah memang risikonya. Apakah Sri merasa rugi? Tentu saja ia rugi. Tapi, itulah harga yang harus dibayar agar gap year-nya tidak diperpanjang setahun lagi.
Terkadang masuk perguruan tinggi seperti berspekulasi saja. Bagi ayah Sri karena punya uang, mungkin tidak sayang uang Rp 20 juta melayang.
Tapi, dugaan saya, tak sedikit lulusan SMA yang memasang strategi seperti Sri, yakni mengikuti banyak tes untuk masuk ke perguruan tinggi.
Bagi orang tua yang kondisi ekonominya pas-pasan, jelas akan terpukul bila uangnya hangus seperti kasus Sri di atas.
Ada baiknya, pihak kampus memperkenankan untuk mengembalikan uang pangkal, jika si calon mahasiswa membatalkan pendaftarannya.
Kalau mau ditahan, katakanlah sekadar pengganti biaya administrasi, potongan sebesar 10 persen masih cukup fair.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H