Adapun di sekolah yang berbasis agama Islam, seperti madrasah dan yang kuliah di Institut Agama Islam, memang diwajibkan pakai jilbab. Tapi, banyak pelajar sekolah Islam yang setelah usai belajar di sekolah, mengganti pakaian muslimahnya dengan pakaian biasa.
Ibu-ibu pun, ketika itu tidak pakai jilbab yang tertutup rapat. Hanya pakai selendang yang dililit saja, sehingga ada bagian rambut yang terlihat sedikit di bagian depan.
Sekarang kondisi sudah berbalik. Justru wanita muslim yang tak berjilbab menjadi minoritas, termasuk di sekolah-sekolah umum.
Dapat dibayangkan, betapa besarnya uang yang berputar dari bisnis pakaian muslimah, dari produk pakaian berharga murah hingga yang sangat mahal.
Dari pakaian muslimah untuk anak-anak, remaja, dewasa, wanita setengah baya, hingga wanita lanjut usia.
Dari yang menyasar ibu-ibu pengajian di majlis taklim perkampungan hingga ibu-ibu pengajian di komplek perumahan mewah atau kelompok pengajian artis.
Hebatnya, meskipun puncak penjualan terjadi menjelang bulan puasa hingga lebaran usai, pakaian muslimah pada dasarnya tetap dicari konsumen pada hari-hari biasa.
Jadi, meskipun sekarang bulan Ramadan telah berlalu, prospek bisnis pakaian muslimah tetap cerah. Sepanjang banyak kaum wanita yang beraktivitas di luar rumah, sepanjang itu pula ada kebutuhan untuk mempunyai pakaian yang cukup.
Perlu diketahui, jenis pakaian muslimah juga berbeda-beda tergantung kegiatan yang diikuti. Pergi pengajian beda outfit dengan pergi wisata, meskipun itu berlabel wisata muslim
Bagi pelaku usaha kecil yang menjual pakaian muslimah, perlu kemampuan dalam mencermati tren mode pakaian.