Bisnis yang berkaitan dengan kebutuhan umat Islam, secara global terlihat kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini juga terjadi di negara yang muslimnya bukan mayoritas.
Contoh bisnis dimaksud adalah produk makanan halal, layanan keuangan berbasis syariah, wisata syariah, serta pakaian muslim dan muslimah.
Hal tersebut juga sangat terasa di Indonesia. Tentu, ini wajar-wajar saja, mengingat negara kita tercatat sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak di dunia.
Tulisan ini lebih terfokus pada bisnis pakaian muslimah yang ternyata punya banyak variasi, dari yang bergaya konvensional hingga yang modis.
Gamis dan jilbab syar'i barangkali lebih mencerminkan yang konvensional. Sedangkan perpaduan jilbab biasa, blus, dan celana panjang, termasuk yang modis.
Bahkan, juga ada yang memakai celana jean agak ketat dan baju yang juga ketat dan sedikit tembus pandang. Ini sebetulnya sudah melanggar kaidah berpakaian yang islami.
Tapi, apapun itu, jumlah konsumen pakaian muslimah di Indonesia terbilang besar sekali. Dan jangan lupa, seorang wanita tak cukup hanya punya beberapa baju saja.
Jangan heran, ada wanita yang punya pakaian hingga beberapa lemari. Soalnya, jika ketahuan bajunya itu-itu saja, seorang wanita akan malu.
Memang, dibandingkan kondisi hingga tahun 1980-an, terlihat perubahan yang signifikan dalam cara atau gaya berpakaian wanita Indonesia.
Dulu, wanita berjilbab sangat sedikit dan salah-salah bahkan dicurigai sebagai pengikut aliran yang ekstrem. Jadi, para pelajar wanita atau mahasiswi yang berjilbab di sekolah atau kampus umum, biasanya di sebuah sekolah dapat dihitung dengan jari.
Adapun di sekolah yang berbasis agama Islam, seperti madrasah dan yang kuliah di Institut Agama Islam, memang diwajibkan pakai jilbab. Tapi, banyak pelajar sekolah Islam yang setelah usai belajar di sekolah, mengganti pakaian muslimahnya dengan pakaian biasa.
Ibu-ibu pun, ketika itu tidak pakai jilbab yang tertutup rapat. Hanya pakai selendang yang dililit saja, sehingga ada bagian rambut yang terlihat sedikit di bagian depan.
Sekarang kondisi sudah berbalik. Justru wanita muslim yang tak berjilbab menjadi minoritas, termasuk di sekolah-sekolah umum.
Dapat dibayangkan, betapa besarnya uang yang berputar dari bisnis pakaian muslimah, dari produk pakaian berharga murah hingga yang sangat mahal.
Dari pakaian muslimah untuk anak-anak, remaja, dewasa, wanita setengah baya, hingga wanita lanjut usia.
Dari yang menyasar ibu-ibu pengajian di majlis taklim perkampungan hingga ibu-ibu pengajian di komplek perumahan mewah atau kelompok pengajian artis.
Hebatnya, meskipun puncak penjualan terjadi menjelang bulan puasa hingga lebaran usai, pakaian muslimah pada dasarnya tetap dicari konsumen pada hari-hari biasa.
Jadi, meskipun sekarang bulan Ramadan telah berlalu, prospek bisnis pakaian muslimah tetap cerah. Sepanjang banyak kaum wanita yang beraktivitas di luar rumah, sepanjang itu pula ada kebutuhan untuk mempunyai pakaian yang cukup.
Perlu diketahui, jenis pakaian muslimah juga berbeda-beda tergantung kegiatan yang diikuti. Pergi pengajian beda outfit dengan pergi wisata, meskipun itu berlabel wisata muslim
Bagi pelaku usaha kecil yang menjual pakaian muslimah, perlu kemampuan dalam mencermati tren mode pakaian.
Seorang ibu rumah tangga di Medan membuat butik yang khusus menyediakan pakaian muslim. Ia membeli pakaian dengan model yang diperkirakan bisa bertahan lama di Tanah Abang, Jakarta.
Dengan cara seperti itu, pemilik butik tersebut tidak takut kalau stoknya di bulan puasa lalu masih banyak tersisa.
Seorang gadis di Payakumbuh (Sumbar) relatif sukses berbisnis pakaian muslimah, hanya berawal dari media sosial saja.
Pelanggan si gadis ternyata banyak juga dari kota-kota di berbagai pulau, termasuk pulau Jawa. Jelaslah, bisnis pakaian muslimah ini sangat menjanjikan.
Untuk melayani konsumen kelas menengah ke atas, banyak pula artis yang terjun berbisnis pakaian muslimah.Â
Hal ini juga ditunjang dengan banyaknya perancang mode yang khusus berkerasi dengan pakaian muslimah yang terlihat modis dan bergaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H