Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Larangan ASN Gelar Bukber, Semua Gara-gara Mario

27 Maret 2023   05:21 Diperbarui: 27 Maret 2023   05:35 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bukber|dok. sindonews.com/Yulianto

Jika si pejabat yang punya kepentingan, katakanlah sekalian untuk sosialisasi program kerja, maka si pejabat akan bertindak sebagai pengundang bukber.

Bahwa jika anggaran negara dipakai untuk bukber, dianggap sebagai pemborosan, ya  boleh-boleh saja. 

Tapi, sebetulnya kegiatan tersebut mirip saja dengan kegiatan sosialisasi di luar bulan puasa yang harus menyediakan makan siang dan snack. 

Makanya, begitu terbit larangan ASN mengadakan bukber, langsung menuai kritik pedas dari berbagai pihak.

Alasannya, bukber yang sudah jadi tradisi dan tujuannya untuk mempererat silaturahmi, tak selayaknya dilarang.

Apalagi, pemerintah membawa-bawa pandemi sebagai alasan. Akhirnya, terungkap bahwa sebenarnya bukan Covid yang jadi alasan utama, tapi karena ASN lagi disorot publik.

Dan itu semua gara-gara Mario. Ya, efek Mario menggelinding terlalu jauh. Mario yang anak Rafael Alun, mantan pejabat Ditjen Pajak, sering pamer kekayaan.

Nah, gara-gara Mario, sekarang pemerintah berupaya keras agar semua ASN menerapkan gaya hidup sederhana.

Bukber dinilai bukan cerminan hidup sederhana. Dianjurkan pula, lebih baik dana untuk bukber diberikan kepada masyarakat kurang mampu.

Sebelum pandemi, beberapa BUMN papan atas melakukan bukber dengan mengundang anak yatim dalam jumlah yang banyak.

Ketika itu juga dibagikan santunan kepada semua anak yatim yang datang. Semoga tahun ini, kalau pun BUMN tak melakukan bukber, santunan bagi anak yatim tetap diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun