Jika si pejabat yang punya kepentingan, katakanlah sekalian untuk sosialisasi program kerja, maka si pejabat akan bertindak sebagai pengundang bukber.
Bahwa jika anggaran negara dipakai untuk bukber, dianggap sebagai pemborosan, ya  boleh-boleh saja.Â
Tapi, sebetulnya kegiatan tersebut mirip saja dengan kegiatan sosialisasi di luar bulan puasa yang harus menyediakan makan siang dan snack.Â
Makanya, begitu terbit larangan ASN mengadakan bukber, langsung menuai kritik pedas dari berbagai pihak.
Alasannya, bukber yang sudah jadi tradisi dan tujuannya untuk mempererat silaturahmi, tak selayaknya dilarang.
Apalagi, pemerintah membawa-bawa pandemi sebagai alasan. Akhirnya, terungkap bahwa sebenarnya bukan Covid yang jadi alasan utama, tapi karena ASN lagi disorot publik.
Dan itu semua gara-gara Mario. Ya, efek Mario menggelinding terlalu jauh. Mario yang anak Rafael Alun, mantan pejabat Ditjen Pajak, sering pamer kekayaan.
Nah, gara-gara Mario, sekarang pemerintah berupaya keras agar semua ASN menerapkan gaya hidup sederhana.
Bukber dinilai bukan cerminan hidup sederhana. Dianjurkan pula, lebih baik dana untuk bukber diberikan kepada masyarakat kurang mampu.
Sebelum pandemi, beberapa BUMN papan atas melakukan bukber dengan mengundang anak yatim dalam jumlah yang banyak.
Ketika itu juga dibagikan santunan kepada semua anak yatim yang datang. Semoga tahun ini, kalau pun BUMN tak melakukan bukber, santunan bagi anak yatim tetap diberikan.