Selain sebagai model dan aktor, Lucky juga tercatat sebagai penulis, penyanyi, produser, dan investor, sebelum hijrah menjadi politisi.
Awalnya, Lucky bergabung sebagai kader PAN dan terpilih menjadi anggota DPR periode 2014-2019.Â
Namun, pada 2018 Lucky dipecat PAN dan posisinya di DPR digantikan oleh kader PAN lain melalui mekanisme pergantian antar waktu.
Adapun Nina adalah putri dari mantan Kapolri Da'i Bachtiar. Pasangan Nina-Lucky diusung oleh PDIP, Gerindra, dan Nasdem sewaktu pilkada pada Desember 2020 lalu.
Terlepas dari kasus Lucky di atas, secara umum fenomena para artis tertarik untuk berkiprah di bidang politik, sudah sejak lama terjadi.
Memang, jika artis dirangkul untuk jadi wakil kepala daerah, sebagian di antaranya terkesan hanya sebagai vote getter saja.
Begitu memenangkan pilkada, si wakil terpinggirkan tanpa tugas yang jelas. Kepala daerah akan bertindak one man show, mungkin agar popularitasnya tak tersaingi oleh wakilnya.
Tak hanya untuk pilkada, peluang menjadi anggota parlemen juga terbuka lebar bagi para artis, karena namanya sudah dikenal publik.
Masalahnya, artis jangan bangga dengan popularitas semata. Prestasi di bidang politik harus pula ditunjukkan dengan kemauan belajar yang tinggi.
Akan lebih baik lagi bila si artis punya ide brilian yang aplikatif dan jika diterapkan akan berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Untuk bisa menerapkan ide itu tadi, maka kemampuan berkomunikasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, sangat diperlukan.