Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Anak dan Tak Punya Anak, Sama Ekstrimnya Secara Makro

13 Februari 2023   05:21 Diperbarui: 13 Februari 2023   06:51 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keluarga banyak anak |dok. Shutterstock, dimuat okezone.com

Sebaliknya, laju petumbuhan penduduk yang sangat kecil, atau bahkan negatif (yang meninggal lebih banyak dari yang lahir), juga mengancam masa depan bangsa.

Bukankah dengan langkanya pasutri yang punya anak di suatu negara, akan terjadi bangsa yang menua. Lalu, siapa yang melanjutkan pembangunan bangsa?

Maka, dalam hal ini, anak tidak lagi dianggap sebagai beban, tapi justru sebagai aset yang berharga

Jangan heran, sekarang beberapa negara sengaja memberikan insentif bagi pasutri di negara tersebut yang mau punya anak.

Sebagai contoh, dulu China merasa sudah terlalu banyak penduduknya, sehingga membuat kebijakan pasutri hanya boleh punya 1 anak. Pada 2015 kebijakannya direvisi, boleh maksimal 2 anak.

Sejak 2021, karena khawatir menjadi bangsa yang menua, China membolehkan pasutri mempunyai maksimal 3 anak.

Jelaslah, kalau banyak anak merupakan kondisi ekstrim, tidak punya anak pun juga kondisi ekstrim di sisi yang berseberangan.

Kesimpulannya, dalam kacamata ekonomi makro, laju pertumbuhan penduduk itu sangat diperlukan, asal terkendali.

Ilustrasi keluarga banyak anak |dok. Shutterstock, dimuat okezone.com
Ilustrasi keluarga banyak anak |dok. Shutterstock, dimuat okezone.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun