Yayasan abal-abal itu rutin mengirimkan semacam daftar agenda yang akan mereka lakukan sambil memohon donasi dari penerima pesan.
Diduga yayasan itu mencari nomor ponsel dari banyak orang secara diam-diam, mungkin dengan mencuri data atau membeli data secara ilegal.
Nah, jangan heran kalau kita yang tak mengenal para peminta donasi itu, tiba-tiba rutin menerima pesan untuk minta sumbangan.
Karena mereka mendapatkan nomor ponsel secara diam-diam, ada saja penerima pesan yang tidak respek. Bahkan, ada yang langsung memblokir nomor tersebut.
Tapi, tak sedikit yang langsung tersentuh hatinya, karena pada umumnya orang Indonesia sangat gampang tersentuh.
Makanya, bangsa kita mendapat status yang paling dermawan di dunia, meskipun level kesejahteraan kita belum bisa disebut sebagai negara kaya.
Lalu, berderma melalui media sosial yang sedikit banyak ada unsur "pamer kebaikan" menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir ini.
Nah, itulah yang dimanfaatkan dengan bermunculannya konten "drama kehidupan" yang memilukan, sehingga menggugah para dermawan memberikan bantuan.
Bagi yang mengemis online, sepertinya tak ada perasaan malu. Pengemis konvensional masih ada yang malu dengan mengubah penampilan seolah-olah cacat.
Sehingga, tidak dikenal oleh tetangganya sendiri. Apalagi, mereka beroperasi jauh dari tempat tinggal mereka.
Tapi, pengemis online karena tampil di dunia maya, bisa jadi malah merasa lebih keren, dan pasti tidak mau disamakan dengan pengemis konvensional.