Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pemilu Sistem Proporsional Tertutup, Beli Kucing Dalam Karung?

10 Januari 2023   05:31 Diperbarui: 12 Januari 2023   05:15 1490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sistem tertutup, ketua umum partai terlihat sangat berkuasa penuh dalam menyusun daftar calon legislatif beserta nomor urutnya.

Dalam hal ini, nomor urut calon menjadi sangat menentukan, karena jika perolehan suara partai di suatu daerah setara dengan tiga kursi, maka yang terpilih adalah calon nomor urut 1 sampai 3.

Untuk parpol yang di mata publik sudah sangat populer, meskipun kader-kadernya yang dicalonkan tidak begitu terkenal, sistem tertutup lebih menguntungkan.

PDIP merupakan contoh partai yang diduga dipilih karena faktor partainya, bukan faktor individu calon legislatif yang diajukannya di suatu daerah pemilihan.

Terhadap fenomena seperti itu, ada pendapat yang mengatakan bahwa pemilih memilih calon ibarat membeli kucing dalam karung.

Artinya, pemilih harus percaya saja kepada partai. Kasarnya, jika partai memasang calon yang tak berkualitas namun berani membayar mahal ke partai, itulah risiko bagi para pemilih.

Pendapat tersebut tentu bisa didebat oleh pemilih yang sangat yakin bahwa sistem pengkaderan di suatu partai sudah sangat baik.

Jadi, siapapun yang dijadikan calon oleh suatu parpol, mereka yakin yang bagus-bagus semua, karena sudah memenuhi kriteria.

Di sisi lain, harus diakui, ada pemilih yang tak begitu peduli akan partai, asal ada calon yang menurutnya berkualitas.

Maksudnya, mereka memilih figur yang sesuai kriteria yang mereka inginkan, bukan karena si calon berasal dari partai tertentu.

Nah, masalahnya berapa banyak pemilih yang memilih karena partai, dan berapa banyak yang memilih karena sosok caleg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun