Kalau seperti itu, saya percaya, secara rata-rata orang Indoenesia melakukannya 2,6 kali setahun.Â
Soalnya, harus diakui, pendapatan rata-rata masyarakat kita masih di bawah warga asing seperti Malaysia.
Namun, jangan tanya soal hasrat berpiknik masyarakat. Justru, mereka yang menggelar tikar dan membawa nasi dari rumah itu, menggambarkan hasrat yang tinggi.
Jadi, di tengah keterbatasan anggaran pun, mereka tetap usahakan pergi piknik tipis-tipis sesuai kondisi kantong.
Kembali ke cerita saudara saya yang lagi berwisata di berbagai daerah, yakni Bali, Sumbar, dan Palembang, semuanya punya satu kesamaan, yakni macet parah menjelang sampai di objek wisata.
Siapa yang masih berani bilang orang Indonesia kurang piknik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H