Keindahan alam negara kita yang luas ini terlalu sayang bila tidak dinikmati oleh kita-kita sendiri.
Jangan sampai wisatawan asing lebih mengetahui cantiknya Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat, ketimbang banyak orang Indonesia yang tinggal di Jakarta.
Tapi, kembali ke soal survei, saya tidak sepenuhnya setuju. Saya ingin memberikan tanggapan seperti berikut ini.
Saya jujur saja tak punya data. Tapi, jika piknik gaya tradisional dihitung dalam survei, rasa-rasanya rata-rata orang Indonesia bisa bepergian sekitar 6 kali setahun, atau setiap 2 bulan.
Hal itu mengacu pada beberapa orang kerabat (bukan saudara kandung) saya. Mereka sering bepergian pada hari libur ke objek wisata yang berjarak tempuh sekitar 3 jam dari rumahnya.
Mereka tidak menginap, tapi tak jarang jika jaraknya lebih jauh akan menginap di homestay untuk 1 malam.
Ciri-ciri piknik versi tradisional adalah membawa masakan sendiri dari rumah (nasi plus lauk pauk) dan menggelar tikar di objek wisata.
Memang, dilihat dari dampak ke perekonomian, mungkin tak signifikan, karena pedagang makanan setempat tidak kebagian rezeki.
Tapi, dilihat dari sisi penghematan keluarga yang berpiknik, ini lumayan membantu.
Nah, kalau yang nendang buat perekonomian adalah piknik yang bepergian naik pesawat, makan-makan di retoran, menginap di hotel, dan beli oleh-oleh di toko yang bonafid.