Atau, tak sedikit juga kasus yang sebaliknya, remaja atau anak muda yang membunuh orang tua atau saudaranya.
Hal itu juga ada kaitannya dengan rasa putus asa, misalnya si anak minta dibelikan sepeda motor, tapi tak dibolehkan orang tua.
Akhirnya malah orang tua yang dihabisi, sebuah jalan pintas yang diluar logika orang normal, hanya sekadar untuk punya motor.
Kalau tidak keliru, belum lama ini ada anak muda yang membunuh orang tua dan kakaknya sendiri, hanya gara-gara mengincar harta warisan.
Bukankah itu menunjukkan ada sesuatu yang kurang beres dari sisi mental si anak yang tega membunuh orang tua sendiri.
Nah, dikaitkan dengan maraknya media sosial, terlepas dari aspek positifnya, media sosial juga membawa dampak negatif.
Diduga berbagai konten di media sosial telah memicu sisi konsumtif para remaja yang nota bene masih meminta uang dari orang tua.
Masih banyak anak muda yang gagal membedakan keinginan dan kebutuhan.Â
Punya motor jika dipakai untuk mencari uang, misalnya menarik ojek, maka motor adalah kebutuhan.
Tapi, jika motor sekadar untuk dibawa jalan-jalan membonceng cewek yang ditaksir, padahal penghasilan orang tua pas-pasan, ini namanya keinginan, bukan kebutuhan.
Lalu, lihatlah munculnya fenomena "sultan" masa kini di media sosial. Mereka berlibur dengan private jet dan punya banyak mobil mewah.