Tapi, peluang Anwar Ibrahim masih ada karena ada kemungkinan dipilih oleh Raja Malaysia.
Kalau saja Anwar yang terpilih, ada harapan hubungan Indonesia-Malaysia akan semakin membaik di masa depan.
Hal itu karena Anwar sejak dulu sudah akrab secara personal dengan politisi, pejabat dan pemuka agama di Indonesia.
Seperti diketahui, di Malaysia memakai sistem kerajaan. Raja menjadi kepala negara dan PM sebagai kepala pemerintahan.
Sedangkan kita di Indonesia adalah republik dengan sistem presidensial, di mana kepala negara dan kepala pemerintahan sama-sama dijabat oleh Presiden.
Pada awal kemerdekaan dulu, Indonesia menggunakan sistem parlementer, di mana PM sebagai kepala pemerintahan dan Presiden sebagai kepala negara.
Ada beda paling mendasar dalam membandingkan pemilihan PM di Malayisa dan Pemilihan Presiden (Pilpres) di Indonesia.
Degan sistem rakyat memilih langsung pasangan capres-cawapres yang dijagokannya, membuat Indonesia tak mungkin mengalami kebuntuan seperti di Malaysia.
Kalaupun saat pilpres tak ada pasangan yang unggul mutlak dengan perolehan suara di atas 50 persen, akan dilakukan pilpres putaran kedua yang hanya diikuti peraih suara urutan pertama dan kedua.
Tapi, ketika di awal reformasi, Indonesia menetapkan sistem yang mirip Malaysia, di mana Presiden dipilih oleh MPR.
Waktu itu PDIP sebagai pemenang pemilu 1999 terpaksa gigit jari, karena Amien Rais menggalang kekuatan Poros Tengah untuk memenangkan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden.