Mungkin saja keluarga atau teman tidak bisa memberi solusi, tapi mengeluarkan uneg-uneg bisa mengurangi beban pikiran.
Ketiga, jika masih ada hak cuti, sebaiknya mengambil cuti tersebut agar punya me time. Ini penting untuk memulihkan kondisi fisik dan mental.
Keempat, mulailah mencari informasi tentang peluang bekerja di tempat lain. Tentu, hal ini dilakukan dengan mencuri-curi waktu.
Prinsipnya, sebelum ada kepastian diterima di tempat lain, pekerjaan yang ada sekarang tetap dijalani dengan baik.
Nah, berikutnya, dari sisi pandang pihak manajemen, sebaiknya peka dalam melihat karyawan yang mulai mengalami kejenuhan.
Para atasan seharusnya punya ide, bagaimana caranya memberi tantangan yang bisa memotivasi pada para karyawannya.
Tapi, tantangan itu tidak sesuatu yang di awang-awang, yang rasa-rasanya mau jungkir balik pun, mustahil tercapai.
Target harus mempertimbangkan past performance, maksudnya pada tahun lalu seperti apa kinerja seorang karyawan.
Jika kinerja tersebut dianggap belum mencerminkan hasil kerja dengan full speed, maka untuk tahun berikutnya bisa ditambah targetnya 20 persen lebih besar dari tahun lalu.
Hal ini masih realistis dalam arti achievable. Namun, jika target tahun ini naik dua kali lipat ketimbang tahun lalu, padahal kondisi persaingan makin ketat, ini jadi tidak logis.
Kalau hal yang tidak logis tersebut dipaksakan, sama saja dengan "membunuh" karyawan.