Tapi, ketika pacar si anak sudah berani main ke rumah, orang tua seperti jadi serba salah.Â
Jika orangtua bersikap seperti jaksa yang menginterogasi, si anak dan pacarnya jadi tidak nyaman. Akibatnya, mereka bisa menentang orang tua dan berpacaran secara backstreet.
Lalu, ketika orang tua bersikap ramah dan memperbolehkan anaknya berduaan berlama-lama, akan dianggap sebagai sudah direstui. Akibatnya, mereka makin lengket.
Kalau sudah begitu, pasti orang tua akan deg-degan, khawatir si anak kebablasan. Bukankah ada setan sebagai pihak ketiga, ketika mereka berdua dimabuk cinta?
Akan semakin cemas lagi bila si anak jadi bucin dan kemudian malah diputuskan hubungannya secara sepihak oleh pacarnya, setelah ia bosan. Si Anak bisa mengalami tekanan batin.
Itulah dilema bagi orang tua jika punya anak remaja yang sudah punya pacar. Kiatnya, harus pintar-pintar bersikap, tidak terlalu keras tapi juga tidak terlalu lembek.
Lalu, jangan mengira jika si anak bertipe kutu buku dan tak banyak bergaul, akan selamanya aman.
Biasanya, orang tua akan resah bila si anak sudah dalam usia matang, sudah seharusnya menikah, tapi masih tak punya teman dekat yang menaksirnya.
Dalam kondisi seperti itu, orang tua akhirnya sibuk menjodoh-jodohkan anaknya dengan anak kerabat atau anak teman-temannya.
Tapi, soal anak yang kurang pergaulan di atas, di luar konteks tulisan ini. Kembali ke soal anak yang pacaran, sebaiknya orangtua melakukan beberapa hal berikut.
Pertama, dari kecil semua anak seharusnya dibekali dengan ilmu agama. Sehingga, si anak sudah paham bagaimana tuntuntan agama dalam bergaul.Â