Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Agar Orangtua Tak Merasa Serba Salah Saat Anak Punya Pacar

10 November 2022   05:48 Diperbarui: 10 November 2022   05:51 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dok. Shutterstock, dimuat Kompas.com

Punya anak berusia remaja di zaman teknologi canggih sekarang ini memang membuat para orang tua banyak yang dilanda kecemasan.

Berkat media sosial, pergaulan remaja sudah berbeda jauh dibandingkan apa yang dialami orang tua mereka di zaman dulu.

Remaja sekarang gampang sekali mendapat teman, meskipun teman tersebut bukan teman sekolah, teman kampus, dan juga bukan tetangga.

Lagi pula, foto dan video yang mengandung unsur pornografi pun sangat gampang diakses oleh anak-anak dan remaja yang sebetulnya belum boleh menonton.

Soalnya, mereka bisa terpapar kecanduan. Atau, lebih parah lagi, mereka akan meniru adegan yang ditontonnya.

Makanya, jangan heran jika anak sekarang menjadi lebih cepat dewasa dalam hal berhubungan dengan lawan jenis.

Berbagai survei menunjukkan bahwa persentase remaja usia sekolah yang sudah pernah berhubungan seks cenderung meningkat.

Dalam kondisi seperti itu, tak bisa lain, orang tua harus meningkatkan pengawasan pada anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.

Padahal, di usia remaja pula seorang anak mulai merasakan jatuh cinta pada lawan jenisnya. Jika teman yang ditaksirnya juga merasakan hal yang sama, mereka akan berpacaran.

Bila anak berpacaran dengan frekuensi pertemuan yang belum begitu sering, mungkin tidak terlalu mencemaskan orang tua.

Si anak pun barangkali belum mau terbuka, belum berterus terang pada orang tuanya bahwa ia sudah punya pacar. 

Tapi, ketika pacar si anak sudah berani main ke rumah, orang tua seperti jadi serba salah. 

Jika orangtua bersikap seperti jaksa yang menginterogasi, si anak dan pacarnya jadi tidak nyaman. Akibatnya, mereka bisa menentang orang tua dan berpacaran secara backstreet.

Lalu, ketika orang tua bersikap ramah dan memperbolehkan anaknya berduaan berlama-lama, akan dianggap sebagai sudah direstui. Akibatnya, mereka makin lengket.

Kalau sudah begitu, pasti orang tua akan deg-degan, khawatir si anak kebablasan. Bukankah ada setan sebagai pihak ketiga, ketika mereka berdua dimabuk cinta?

Akan semakin cemas lagi bila si anak jadi bucin dan kemudian malah diputuskan hubungannya secara sepihak oleh pacarnya, setelah ia bosan. Si Anak bisa mengalami tekanan batin.

Itulah dilema bagi orang tua jika punya anak remaja yang sudah punya pacar. Kiatnya, harus pintar-pintar bersikap, tidak terlalu keras tapi juga tidak terlalu lembek.

Lalu, jangan mengira jika si anak bertipe kutu buku dan tak banyak bergaul, akan selamanya aman.

Biasanya, orang tua akan resah bila si anak sudah dalam usia matang, sudah seharusnya menikah, tapi masih tak punya teman dekat yang menaksirnya.

Dalam kondisi seperti itu, orang tua akhirnya sibuk menjodoh-jodohkan anaknya dengan anak kerabat atau anak teman-temannya.

Tapi, soal anak yang kurang pergaulan di atas, di luar konteks tulisan ini. Kembali ke soal anak yang pacaran, sebaiknya orangtua melakukan beberapa hal berikut.

Pertama, dari kecil semua anak seharusnya dibekali dengan ilmu agama. Sehingga, si anak sudah paham bagaimana tuntuntan agama dalam bergaul. 

Kedua, orang tua agar menetapkan batasan yang disepakati oleh anak, misalnya jika bepergian ke luar rumah harus minta izin dan paling lambat jam sekian sudah pulang.

Ketiga, jangan canggung mengajak anak berdiksusi, bukan menceramahi atau menggurui. Anak remaja biasanya sudah punya standar sendiri, dan ini yang perlu didiskusikan.

Keempat, orang tua perlu mengenal secara baik teman-teman dekat anaknya. Tingkah laku teman yang kurang baik jangan sampai ditiru anak.

Kelima, tentu saja orang tua juga perlu mengenal pacar anaknya. Boleh saja menasehati mereka, asal tidak terkesan sebagai perintah.

Itulah beberapa tips yang mudah-mudahan membantu orang tua agar tidak merasa serba salah saat anak mulai pacaran.

Sebetulnya, kalau mengacu pada agama Islam, tidak dikenal istilah pacaran. Tapi, ada istilah ta'aruf sebagai proses perkenalan bagi yang serius mau menikah.

Pakai pola pacaran atau ta'aruf, yang pasti orangtua harus bijak dalam bersikap demi masa depan anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun