Gara-gara tulisan Gregorius Nafanu tentang 5 lagu yang bertemakan kereta api, saya tertarik untuk menambahkan satu lagu lagi yang merupakan salah satu lagu kegemaran saya.
Memori kereta api malam, memang banyak menghinggapi siapa saja yang pernah punya pengalaman naik kereta api jarak jauh yang melakukan perjalanan di malam hari.
Ketika penumpang lain lagi terlelap, biasanya ada saja dua insan berbeda jenis yang duduk bersebelahan terlibat saling menghangatkan tubuh.
Hal itu dituangkan oleh musisi yang juga penyair Ebiet G. Ade dalam lagu ciptaannya yang dirilis pada awal 1980-an. Cinta di Kereta Biru Malam, demikian judul lagu itu.
Lirik lagu tersebut selengkapnya saya tuliskan kembali seperti di bawah ini (semuanya dalam huruf miring).
Semakin dekat aku memandangmu
Semakin tegas rindu di keningmu
Gelora cinta membara di pipimu
     Gemercik hujan di luar jendela
     Engkau terpejam bibirmu merekah
     Mengisyaratkan hasrat di tanganmu
Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku
Penahan dingin di kereta biru malam
Kau nyalakan gairah nafsuku
Kau hela cinta di dadaku
     Kau ciptakan musik irama tra la laÂ
     Kau ciptakan gerak irama tra la la
     Kau ciptakan panas irama tra la la
     Kau ciptakan diam irama tra la la
     La la la la hm
Butir keringat basah bersatu
Deru nafas birahi pun bersatu
Kereta makin pelan dan berhenti hm
     Kuciptakan janji irama tra la la
     Kuciptakan ingkar irama tra la la
     Kuciptakan dosa irama tra la la
     Kuciptakan diam irama tra la la
     La la la la hm
Kenapa saya begitu tertarik dengan lirik di atas? Apakah karena saya pernah punya pengalaman serupa? Wow, tidak usahlah diceritakan di sini.
Yang membuat saya tertarik, karena lagu Ebiet tersebut seperti sebuah pengecualian dibandingkan banyak lagu Ebiet.
Kebetulan, dulu saya punya kaset lagu Ebiet, dari Camelia I hingga Camelia IV. Album kelimanya pun yang tidak lagi berjudul Camelia (karena Camelia dikisahkan sudah tiada pada album ke-4), juga saya punyai.
Pada kaset era jadul tersebut, selalu ada lirik lagu selengkapnya dari semua lagu yang ada di kaset tersebut. Jadi, sedikit banyak saya hafal pakem lirik lagu-lagu Ebiet.
Nah, kontras dengan lagu-lagu Ebiet yang biasanya sarat nilai religius, lagu yang berjudul "Cinta di Kereta Biru Malam" tersebut cenderung agak "nakal" liriknya.
Mari kita bedah lirik tersebut, terlepas dari apakah hal itu pengalaman langsung Ebiet G Ade di kereta biru malam (sering disingkat dengan kereta Bima), atau sekadar imajinasinya saja.
Pada bait-bait awal, Ebiet terkesan menyalahkan pasangannya yang bisa ditafsirkan sebagai orang yang "mengundang" melalui "gelora cinta membara di pipimu".
Bahkan, pasangannya tersebut pula yang agresif dengan mengulurkan selimut biru dan sekaligus menyalakan gairah nafsu si aku.
Namun, pada bait terakhir (mohon maaf, ini mungkin kebiasaan banyak lelaki), Ebiet menuliskan sebagai orang yang dengan sengaja mengucapkan janji untuk diingkari, dan menciptakan dosa untuk didiamkan.
Baik, kita tinggalkan saja lagu Ebiet di atas. Berikut ini semacam imbauan bagi para penumpang kereta api yang bepergian dengan pasangannya, baik yang sudah suami istri maupun yang berpacaran.
Bermesraan di kereta malam memang mengsyikkan dan bahkan bisa menghanyutkan, dalam arti pasangan tersebut bisa lupa bahwa di kereta ada banyak penumpang lain.
Makanya, sangat penting adanya kesadaran penumpang yang berpasangan untuk tetap menjaga sopan santun.Â
Jangan sampai melakuan hal yang tak pantas jika terlihat oleh penumpang lain dan diukur dari etika yang berlaku di negara kita, bukan etika di negara barat.
Boleh jadi sekadar berpegangan tangan masih oke, memiringkan kepala ke arah pasangan pun masih bisa ditolerir.
Tapi, gerakan lain yang lebih dari itu, mohon jangan dilakukan. Penumpang lain belum tentu semuanya tidur, ada juga yang pura-pura tidur.
Bagi penumpang lain, melihat pemandangan orang yang lagi asyik pacaran di depan matanya, bisa jadi akan mengganggunya.
Masalahnya, banyak orang yang terganggu namun segan atau sungkan untuk menegur. Akibatnya, pasangan pelaku makin terlena.
Kalau sudah begitu, petugas kereta yang memantau dari cctv atau yang sidak dari gerbong ke gerbong, tak perlu takut menegur si pelaku, asal disampaikan dengan tutur bahasa yang lembut dan sopan.
Atau, pemumpang yang terganggu diberi akses untuk melaporkan kepada petugas melalui pesan singkat lewat nomor khusus.
Bagaimanapun, kereta api adalah transportasi publik, jadi bukan "serasa dunia ini milik kita berdua".
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H