Contoh mereka yang berniat buruk tersebut adalah yang bertujuan untuk menipu atau membobol rekening seseorang.
Maka, jika ada nomor tak dikenal yang tiba-tiba masuk ke ponsel kita, mau berniat buruk atau tidak, kita harus meningkatkan kecurigaan dulu.
Bahkan, kalaupun yang menghubungi kita mengaku sebagai petugas bank tempat kita menabung, jangan langsung percaya.Â
Petugas bank yang resmi tidak pernah minta kata sandi, OTP, PIN, atau sejenis itu kepada nasabahnya.Â
Nah, sekarang tentang pengalaman saya sendiri, sudah ada dua lembaga amal yang mengumpulkan zakat, infak dan sadakah, yang berkali-kali mengirim pesan meminta sumbangan.
Saya kaget, kira-kira dari mana lembaga amal tersebut tahu nomor saya? Apakah sekarang lembaga amal mulai meniru cara lembaga keuangan memprospek nasabahnya, termasuk dengan mencari data secara ilegal? Wallahualam.
Tak ada yang keliru dengan lembaga amal tersebut bila mencari dana seperti petugas perusahaan asuransi, bank, atau pengelola pinjaman online memasarkan produknya.
Masalahnya, saya merasa kurang nyaman dari sisi etika berkomunikasi saja, karena lembaga amal tersebut tidak menjelaskan dari mana mereka mendapatkan nomor saya.Â
Menurut saya, paling tidak, ada 2 hal penting dalam memulai komunikasi dengan orang yang belum saling mengenal.
Pertama, setelah mengucap salam, menjelaskan terlebih dahulu dari mana mendapatkan nomor orang yang dihubunginya.
Bukankah untuk mendapatkan nomor orang lain, tidak otomatis berarti dengan membeli data yang bocor? Siapa tahu, dari rekan kerja yang telah terlebih dahulu punya nomor kita.