Kedua, aset yang bersifat rohani (spiritual asset) atau jiwa kita. Aset ini berupa hubungan kita dengan Tuhan, atau habluminallah dalam ajaran Islam.
Beribadah dan berdoa menjadi "makanan"-nya, yang bila dilakukan dengan benar akan membuat kita merasa damai, sabar, tenang dan bijak dalam mempertimbangkan serta memutuskan sesuatu.
Ketiga, aset berupa pikiran (mind asset) yang terbentuk dari ketekunan kita dalam belajar, berpikir, mengingat, termasuk dalam menghasilkan karya atau kreasi.
Lebih jauh, dalam menilai kompetensi cara berpikir seseorang, paling tidak mencakup kemampuan dalam analytical thinking, conceptual thinking, dan strategic thinking.
Aset pikiran ini membantu kita dalam dalam meniti karier ke level tertinggi yang bisa kita raih, sebagai refleksi dari ilmu pengetahuan, keahlian dan pengalaman kita.Â
Keempat, aset berupa keluarga kita (familiy asset). Menurut versi film Keluarga Cemara, harta yang paling berharga adalah keluarga.
Kita boleh saja berbeda pendapat dengan Keluarga Cemara. Tapi, kita tak bisa menyangkal bahwa keharmonisan dalam sebuah keluarga, antar suami, istri, anak-anak, menantu, dan cucu, serta juga orangtua dan mertua, sangatlah penting.
Kelima, aset berupa jaringan pertemanan atau hubungan baik sesama manusia (networking asset). Dalam ajaran Islam disebut dengan habluminannas yang sama pentingnya dengan habluminallah.
Pergaulan sosial tersebut telah terbukti sangat berperan menjadi kunci sukses dalam kehidupan atau dalam karier seseorang.
Kesimpulannya, semua aset di atas sebaiknya kita pelihara secara seimbang, bukan menomorsatukan jenis tertentu dan mengabaikan jenis yang lain.
Jadi, tak usah lagi silau dengan orang lain yang punya rumah megah dan mobil mewah. Justru aset finansial pada waktunya akan habis atau akan kita tinggalkan.