Sepak bola adalah olahraga yang paling populer di dunia. Jika ditelusuri dari sejarahnya, ada yang menuliskan sepak bola berasal dari Inggris, ada juga yang menyebut dari China.
Namun, sejarahnya dulu, sepak bola yang menggunakan kulit binatang yang digulung-gulung, merupakan olahraga masyarakat kelas bawah.
Tapi, coba lihat perkembangannya pada 20 tahun terakhir ini, bukankah sepak bola menjadi sebuah industri yang bernilai raksasa? Buktinya, banyak konglomerat yang membeli klub sepak bola.
Atau, mari kita lihat perkembangan di bidang musik. Siapa tidak kenal dengan lagu dangdut? Dulu, dangdut dianggap kampungan dan orang kota tidak mau menyanyikannya.
Kemudian, setelah dangdut semakin populer, justru para pemodal di industri musik turut berbisnis dengan musik dangdut, baik sebagai produser rekaman, mengadakan konser, dan berbagai program dangdut lainnya.
Demikian pula bila kita lihat sejarah musik jazz, lagu rap, dan tarian break-dance. Semuanya, bermula dari kalangan bawah yang setelah terkenal "dibajak" kalangan atas dan dibungkus sebagai bagian dari budaya pop.
Ariel Heryanto, pada opininya di Harian Kompas (6/8/2022) mengatakan bahwa budaya pop bagian dari kehidupan khalayak urban sehari-hari.
Perlu diingat, yang ngepop tersebut datang dan pergi silih berganti, semua itu biasa saja, tanpa perlu diatur atau disahkan pemerintah.
Tapi, untuk kasus Citayam Fashion Week (CFW), menjadi heboh karena rasa keadilan warganet jadi terusik. Bahkan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga menyentil Baim Wong.
Kalau saja Baim tidak "kesusu", tapi secara bertahap mengkondisikan terlebih dahulu, mungkin penolakan warganet tidak begitu frontal.