Hasil penjualan tersebut dipergunakan untuk membeli saham atau obligasi di bursa saham asing. Artinya, harga saham di BEI akan jeblok dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menukik drastis, yang merugikan investor domestik.
BI yang terlalu percaya diri (PD) bisa jadi bumerang. Apakah rupiah akan kuat menahan gempuran mata uang asing, juga akan menjadi persoalan. Risiko pelemahan nilai rupiah (depresiasi) harus dipertimbangakan dengan cermat.
Perlu diketahui, suku bunga acuan BI sebesar 3,5 persen merupakan yang terendah sepanjang sejarah dan telah bertahan selama 18 bulan.
Memang, alasan BI lebih pada melihat inflasi inti, yakni inflasi yang tidak memperhitungkan kenaikan harga bahan makanan dan energi, karena dua hal ini sangat fluktuatif.
Tapi, bukankah yang menjadi jerirtan masyarakat, justru harga makanan dan energi, yang kali ini bukan fluktiatif malah konsisten naik.
Sebagai masyarakat, harapan kita semoga ekonomi Indonesia akan baik-baik saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H