Orang tua mereka perlu dibujuk agar merelakan anaknya bersekolah, bahkan hingga perguruan tinggi. Soalnya, banyak anak yang putus sekolah karena diminta membantu orang tua.
Semua itu harus secara gradual, tak bisa ujuk-ujuk dalam meningkatkan taraf hidup kelompok marjinal. Perencanaan yang baik, saat dieksekusi di lapangan bisa berbeda ceritanya.
Persoalannya tak semata soal uang, budaya dan lingkungannya juga perlu dikondisikan sesuai apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan.Â
Mereka yang telah terperangkap lama dalam kemiskinan sudah punya budaya sendiri yang tak gampang untuk masuk lingkungan dengan budaya yang berbeda.
Janji kampanye boleh-boleh saja bernada optimis dan memang harus begitu. Tapi, jangan kaget bila akhirnya janji tersebut tinggal janji semata.
Kita berharap akan muncul pemimpin yang betul-betul serius melakukan semua hal yang diyakini mampu memutus lingkaran kemiskinan secara terpadu dan konsisten.
Maksudnya, tidak asal sesuai maunya penguasa saja, tapi melibatkan lembaga swadaya dan tokoh masyarakat lokal. Warga marjinal bukan objek semata, tapi sekaligus juga subjek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H