Jika lawan bicara bukan tipe orang yang senang bercerita, bisa juga kita memancing dengan mengajukan pertanyaan agar lawan bicara menjawab.
Tapi, hati-hati jangan sampai menyinggung lawan  bicara yang sudah lama kuliah tapi belum lulus, yang sudah lulus tapi masih menganggur. Atau, yang sudah bekerja tapi baru terkena PHK.
Lebih sensitif lagi bila mengajukan pertanyaan "kapan menikah" kepada seseorang yang usianya sudah kepala tiga, tapi masih jomblo.Â
Begitu juga bertanya "kapan punya momongan" kepada pasangan yang masih belum punya anak, ketika sudah memasuki usia perkawinan yang cukup lama.
Berikutnya, hindari pertanyaan yang berbau menginvestigasi gaji seseorang, berikut bonus yang diterimanya dari tempat ia bekerja.
Ada lagi pertanyaan yang sebetulnya sedikit basa-basi atau sekadar bercanda, tapi bisa menusuk hati lawan bicara. Hal ini menyangkut fisik lawan bicara yang dikomentari "makin gemuk aja", atau "kurusan ya" bagi orang yang sudah krempeng.
Memberi perhatian kepada anak-anak yang dibawa tamu ke rumah kita atau di rumah yang kita kunjungi, juga suatu hal yang penting. Pada dasarnya anak-anak suka dipuji, maka jangan sungkan melayangkan pujian.
Tapi, bukan hanya anak-anak saja yang suka dipuji. Memberikan pujian kepada orang dewasa dan orang tua, juga perlu, tapi dengan bahasa yang lebih tersamar.
Biasanya, orang tua yang punya beberapa anak dan semuanya telah berhasil, sering keceplosan menceritakan kesuksesan anak-anaknya. Ya, kita tinggal mendengar saja sambil sesekali memberi pujian.
Yang jelas, semua orang pada dasarnya senang dipuji. Namun, takarannya harus pas, jangan berlebihan. Sesuatu yang berlebihan akan menjadi tidak baik.
Komunikasi akan lancar bila kita memberi pujian dengan tulus dan tepat konteksnya. Maksudnya nyambung dengan topik pembicaraan.