Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tumbuhkan Sikap Rendah Hati, Buang Rasa Rendah Diri

13 Mei 2022   06:11 Diperbarui: 13 Mei 2022   06:14 2987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pustakapengetahuan.com

Pada bulan puasa lalu, Kompasianer Merza Gamal pernah menuliskan soal pentingnya sikap rendah hati. Dalam kolom komentar atas tulisan tersebut, saya menuliskan sangat sependapat dengan Merza.

Hanya, saya memberi sedikit catatan, karena saya masih menemukan orang yang salah persepi, menganggap rendah hati sebagai rendah diri.

Coba kita perhatikan teman-teman kita saat beribadah di bulan puasa yang lalu, atau coba kita introspeksi diri kita masing-masing, apakah yang telah kita lakukan lebih tepat disebut rendah hati atau rendah diri.

Jika ada jamaah yang sikapnya hormat pada semua jamaah, padahal belakangan kita baru tahu bahwa jamaah tersebut seorang terpandang di sebuah instansi pemerintah dan baru pindah rumah ke lingkungan dekat masjid, itu contoh orang yang rendah hati.

Jika ada yang merasa malu saat berada di masjid untuk salat tarawih berjamaah karena baju koko untuk salat yang dipunyai hanya itu-itu saja, maka itu termasuk rendah diri.

Seharusnya, asal pakaian kita bersih, tidak perlu merasa minder dengan jamaah lain. Toh, di mata Allah bukan jamaah degan baju paling bagus yang lebih bernilai.

Dalam meniti karir sikap rendah hati sangatlah penting, tapi di pihak lain jangan rendah diri. Justru rasa percaya diri yang proporsional (bukan berlebihan yang akhirnya dianggap sombong oleh orang lain) sangat perlu. 

Banyak sekali contoh tindakan yang mencerminkan sikap yang rendah hati. Ketika ngobrol dengan teman-teman, orang yang dengan tulus mendengar orang lain, merupakan contoh yang baik.

Adapun orang yang ngomong terus menerus, tidak memberi kesempatan orang lain untuk berbicara, adalah sebuah sikap yang tinggi hati.

Mendahulukan orang lain, mau belajar dari orang lain (termasuk dari yang lebih muda), tidak meremehkan orang lain dan bisa menerima kritik, biasa dilakukan oleh orang yang rendah hati.

Rendah hati itu lawan dari sombong, tapi ingat bahwa ini bukan rendah diri. Sombong bukanlah kekuatan, justru bisa mencelakakan.

Sedangkan rendah hati bukan berarti kelemahan, justru menjadi kekuatan. Cukup banyak contoh orang yang sukses karena dengan sikapnya yang rendah hati, ia disenangi banyak orang dan kemudian hal ini menunjang kariernya.

Kata orang tua kita, pakailah ilmu padi yang makin berisi makin merunduk. Maksudnya, jika kita punya sesuatu yang oleh orang lain dianggap hebat, kita tidak perlu memperlihatkannya, apalagi membangga-banggakannya.

Jadi, berkaitan dengan jabatan yang kita punya, kekayaan, gelar akademis, kebangsawanan, dan sebagainya, tidak membuat kita menjaga jarak dengan orang kebanyakan.

Dalam bahasa Inggris, sikap seperti di atas disebut humble, tahu bahwa sebagai manusia kita punya keterbatasan, makanya harus saling mengharagai dengan orang lain, dan tidak merasa paling benar.

Sedangkan dalam agama Islam, rendah hati disebut dengan tawadhu. Artinya, kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lain dan menyadari bahwa semua kenikmatan bersumber dari Allah.

Di lain pihak, rendah diri adalah salah satu penghambat kemajuan dalam menjalani karier di mana pun juga, karena mentalnya lembek dan tidak punya rasa percaya diri.

Padahal, kita diminta untuk berjuang dengan gigih untuk mencari nafkah yang halal, tentu dengan tetap berdoa agar berhasil. Berikhtiarlah, baru setelah itu bertawakkal atau berserah diri kepada Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun